Eomma

415 66 1
                                    


Senja telah tiba di ufuk barat. Warna oranye sudah terlihat cantik seperti di lukisan. Para pekerja kantoran sudah ramai memenuhi jalan-jalan. Semua orang terlihat lelah setelah seharian bekerja. Sesuai janjinya sore ini, haechan pergi menemui wanita paruh baya yang sangat cantik dan elegan.

Wanita itu meskipun sudah berumur dan memiliki dua putra yang sudah siap untuk menikah, masih terlihat cantik dan awet muda. Dia tak lain adalah taeyong, ibu dari mark-jeno sekaligus sahabat orang tua haechan.

Sudah lama sekali sejak kepergian sang ibu, mereka berdua tak pernah saling bertemu. Yongie eomma adalah panggilan yang biasa jaemin atau haechan katakan pada wanita paruh baya itu.

Taeyong sedang duduk manis di salah satu kafe milik keluarga lee. Kafe ini biasanya sering di datangi taeyong jika tak memiliki pekerjaan. Kafe yang dibangun untuk mengenang kepergian sang sahabat. Jika sangat merindukan ten, taeyong akan sering mengunjunginya.

Taeyong tersenyum lebar saat melihat gadis cantik berpakain sangat rapi berjalan menghampirinya. Ia bergegas berdiri tak sabaran. Rindu sangat rindu, gadis ini sangat mirip sekali dengan sahabatnya. Meskipun wajah sang ayah agak lebih terlihat.

"Eomma!"

Taeyong langsung memeluk gadis yang memanggil dirinya eomma. Rindu suara yang sudah hampir 5 tahun lebih tak pernah ia dengar sekalipun.

"Eomma sangat merindukanmu, sayang".

Mereka berpelukan sangat erat, bak tak ada hari esok lagi untuk saling memeluk. Taeyong menangis haru saat memeluknya. Hangat seperti tubuh sang sahabat saat ia peluk dulu.

"Eomma, bagaimana kabarnya? Channie sangat merindukan eomma dan appa tampanku".

"Kami semua baik, sayang. Dasar anak nakal! Kenapa baru sekarang kau menemui eomma, eoh! Eomma sebal padamu!".

"Mianhe eomma, aku sekarang bekerja di kantor membantu jaemin oppa".

"Membantu? Benarkah? Tidak sebaliknya?"

"Lebih tepatnya sih, memantau jaemin oppa, hehehe"

"Dasar anak nakal!"

"Kau tahu, eomma sangat sangat sangat merindukan bayi gembul ku ini".

"Ish eomma sama saja dengan jeno mengataiku gendut!". Rajuk haechan di depan taeyong. Ia sangat suka sekali menggoda haechan. Terlihat lucu dan menggemaskan.

"Yakk! Gembul dan gendut itu berbeda, channie".

"Gembul itu terlihat lucu dan menggemaskan. Lagian kau gendut dari mana? Apa mata jeno buta?"

"Bagaimana bisa gadis seimut kamu dibilang gendut? Eomma akan memerahi jeno jika anak itu pulang!"

"Iya marahi saja jeno, dia selalu berkata aku jelek dan gendut".

"Utututu sayangku, kemari eomma akan memelukmu".

Mereka berdua tertawa bersama. Mereka benar-benar melepas rasa rindu masing-masing. Mereka berdua juga saling mengobrol tentang kehidupannya.

Haechan beberapa kali mengeluh tentang masalah jaemin. Sedangkan taeyong mengeluh susahnya mengurus dua jagoannya, ah tidak maksudnya tiga jagoannya. Sangat melelahkan jika semua anggota keluarga lee sedang merebutkan perhatian taeyong. Dia akan dibuat pusing tujuh keliling dan ingin tenggelam di sungai han rasanya.

Ngomong-ngomong soal mengobrol, taeyong ingin mendengar langsung masalah anak sulungnya yang beberapa hari ini tak pulang ke rumah. Taeyong beranggapan bahwa mark menginap dimansion keluarga Na.

"Channie, ayolah suruh mark pulang sesekali. Eomma tahu, terkadang eomma menyebalkan".

"Tapi bagaimanapun juga eomma merindukan mark dirumah".

Na & LiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang