Air Mata

493 77 16
                                    

Setelah mendapat kunjungan dari beberapa sahabatnya, keadaan yangyang semakin membaik. Perlahan dia sudah kembali ceria. Hal itu juga membuat jeno maupun renjun ikut senang.

"Kau! Kemari!".

Perintah yangyang menunjuk jeno. Dan jeno pun mendekati brankar milik yangyang.

Plakkkk.....

Jeno terkejut mendapat tamparan keras di pipi kanannya. Sedangkan renjun tentu saja membelakkan kedua matanya lebar.

"Ini hukumanmu karena sudah pernah membuat renjun menangis. Jika kau melakukannya lagi, aku pastikan kau akan mendapatkan lebih dari ini".

Ucap yangyang panjang lebar. Renjun yang mengerti maksud yangyang pun langsung memeluk erat tubuhnya.

"Gumawo, yangyangie".

Ucap renjun dengan terharu memeluk nya.

Jeno yang melihat pemandangan ini merasa tersentuh dan hatinya menjadi hangat. Jeno tak marah, dia pantas menerimanya. Jeno mengakui bahwa dia pernah menyakiti wanita pujaan hatinya. Yangyang ikut bahagia dengan kisah cinta renjun-jeno. Dia berdoa semoga renjun selalu bahagia dengan pilihan hatinya.

"Bolehkah aku ikut berpelukan?"

Goda jeno langsung mendapat pukulan dari yangyang.

"Auhh...Bobei, yangie memukul ku".

Ucap jeno memelas berharap renjun memperhatikannya.

"Kau pantas mendapatkannya".

Balas renjun dan membuat mereka semua tertawa. Namun renjun langsung mencium lembut pipi jeno yang terluka. Dan membuat wajah jeno seperti mau meledak.

Pintu terbuka dengan hadirnya pria tampan yang membawa bunga cantik di tangannya, dia adalah jaemin. Semua mata tertuju padanya. Yangyang mendadak sangat gelisah dan sedikit takut.

"Jaem, lo ngapain kesini?" Tanya jeno

"Aku ingin menjenguknya. Ini untuk mu".

Jawab jaemin berjalan menghampiri brankar milik yangyang dan memberikan bunga mawar merah di tangannya.

Yangyang diam membisu, tangannya tak bisa menerima ataupun menolaknya. Dia masih membiarkan tangan jaemin terulur. Matanya menahan air mata saat bertatapan dengan wajah tampan jaemin. Yangyang mengingat kejadian saat itu. Dan kembali mengingat bayi malangnya.

"Aku tak mau melihatnya!"

Sebuah perkataan yang membuat seisi ruangan mendadak terkejut, terutama jaemin. Bukankah harusnya dia berterima kasih? Kenapa malah tak ingin melihatnya? Apa salah jaemin?

"Yangie, dia orang yang....."

"Aku bilang aku tak ingin melihatnya! hiks bayiku hiks injunie, bayiku hiks".

Yangyang kembali menangis histeris. Raut wajah jaemin sedikit kecewa. Wanita yang membuat jantungnya berdetak kencang tak ingin melihatnya. Renjun memeluk erat tubuh yangyang agar dia kembali tenang.

Sedangkan Jeno membawa jaemin keluar agar kondisi yangyang jadi lebih baik.

Saat jeno membuka pintu, mereka kembali dikejutkan oleh perkataan aneh yangyang.

"Injunie, dia yang membuat ku seperti ini hiks dia yang melakukannya hiks".

"Yangie, apa maksudmu? Jaemin yang membawa mu ke rumah sakit.
Kalian baru bertemu saat itu."

"Tidak!"

"Dia yang sudah membuat ku seperti ini hiks dia yang sudah menghancurkan masa depanku hiks. Injunie, dia membuatku menjadi wanita kotor hiks. Aku kehilangan bayiku hiks".

Jaemin menegang seketika atas perkataan yangyang. Entah mengapa jaemin langsung kembali teringat kejadian saat membawa seorang gadis ke apartemennya. Saat itu jaemin melihat sebuah kalung berinisial Y di kamar mandi miliknya. Setelah dikaitkan dengan perkataan yangyang, jaemin menebak dengan ragu apakah gadis itu yangyang?

Ditambah usia kehamilan yangyang membuat jaemin semakin yakin. Kejadian itu hampir 4 minggu yang lalu. Dan selama itu jaemin diam-diam mencari gadis itu.

"Jaem...."

Jeno melihat jaemin dengan air matanya. Jeno tak pernah melihat jaemin menangis sejak kematian ibunya. Pikiran jeno mendadak campur aduk, jika benar jaemin yang menodai yangyang. Jeno akan memukul wajah tampan jaemin saat ini.

"Aku, aku tak yakin dia orangnya jen".

Hati yangyang berdenyut nyeri saat jaemin tak mengenalnya. Padahal mereka berdua pernah menghabiskan waktu bersama di ranjang sepanjang malam.

"Yangyang!"

Teriak renjun sedikit lebih keras. Yangyang kembali tak sadarkan diri.

Jeno dan jaemin langsung mendekati brankar yangyang kembali. Mereka sangat khawatir padanya. Jeno memeriksa keadaannya, yangyang hanya butuh istirahat untuk saat ini.

"Jaem, bisa kau jelaskan?".

Kedua air mata jaemin tak hentinya menangis memandang wajah sayu yangyang. Hatinya sangat sakit sekali, jaemin sendiri bingung kenapa perasaan nya sampai terluka melihat nya.

"Saat itu aku membawa seorang gadis yang aku temui di club X. Entah mengapa aku menyukainya dan membawa ke apartemen milik ku. Dan ya kami menghabiskan waktu bersama melakukan hal itu. Saat aku terbangun, gadis itu sudah tak ada disampingku. Aku sudah mencarinya kemana-mana tapi tak menemukan nya.

Aku menemukan sebuah kalung berinisial Y di kamar mandiku. Lalu setelahnya kau datang menemuiku".

"Aku benar benar tak tahu jika gadis itu adalah adik renjun. Maafkan aku hiks aku memang brengsek hiks aku pembunuh hiks".

Ucap jaemin panjang lebar.

Jeno langsung datang memeluk sahabat nya. Jeno tahu pasti kejadian waktu itu. Dia tak menyangka bahwa yangyang bersama jaemin saat itu. Pantas saja anak buah mark tak menemukan yangyang dimana pun malam itu. Karena apartemen jaemin memang sangat di jaga dengan ketat.

Sedangkan renjun, gadis itu tak berhenti menangis.

"Yangie hiks mianhe hiks ini semua salahku hiks mianhe hiks".

Jeno mendekati sang kekasih untuk menenangkan nya.
"Sstttt injunie, berhenti menangis"

"Jen, aku yang mengajak yangyang ke club itu. Ini semua salahku hiks jika saja aku tak cemburu hiks semua ini tak akan pernah terjadi hiks".

Jeno terkejut mendapat pengakuan renjun. Jika karena hal itu, jeno juga ikut bersalah karena menyebabkan renjun cemburu. Jeno tak kuasa menahan air matanya.

"Ini semua bukan salahmu, sayang. Maafkan aku. Maaf".

"Tidak hiks ini salahku hiks mianhe yangie hiks mianhe ".

Renjun tak berhenti mengucap maaf kepada sepupunya. Suasana mendadak menjadi kalut. Jeno menyuruh jaemin pulang ke mansion untuk menenangkan diri.
Sedangkan jeno masih berusaha menghibur renjun agar tak merasa bersalah sepenuhnya.

Jaemin tiba di mansion keluarga Na dengan lesu dan tampak menyedihkan. Haechan yang melihat jaemin seketika langsung senang dan menghampirinya. Saat mereka saling berhadapan, jaemin tak kuasa langsung menangis seketika dan haechan memeluk erat sang kakak.

"Hiks aku membunuh anak ku hiks aku menyakitinya hiks aku pria brengsek hiks aku bajingan hiks".

Jaemin tak henti-hentinya berkata buruk pada dirinya sendiri. Melihat keadaan jaemin yang kacau seperti itu membuat haechan berusaha menghiburnya. Haechan tak terkejut melihat jaemin menangis, karena sebelumnya jaemin juga pernah menangis di depannya. Haechan hanya heran mengapa jaemin berkata seperti itu?

Setelah keadaan sudah sedikit tenang, haechan bertanya pada jaemin tentang masalahnya. Jaemin menceritakan segalanya, tapi tak menyebut nama gadis itu. Haechan sangat kecewa pada jaemin, tapi melihat jaemin kacau seperti itu membuat hatinya tak kalah sakit.

Haechan menyuruhnya untuk meminta maaf dan bertanggung jawab. Haechan juga berjanji akan menemani jaemin bertemu dengan gadis itu.

Na & LiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang