Renungan

415 64 6
                                    

Kesehatan jaemin semakin memburuk, sejak memutuskan untuk menjauh dari yangyang. Kehidupan jaemin seperti tanpa gairah. Setiap hari jaemin selalu mengurung dirinya di kamar. Meski haechan dan ayahnya beberapa kali membujuknya, tetap saja itu tak pernah berhasil.

Bahkan hina yang berstatus kekasihnya saat ini. Tak mampu membuat jaemin pergi menemuinya.

Jaemin selalu duduk menatap jendela kamarnya. Tak pernah ada penerangan saat malam hari. Hanya cahaya rembulan yang selalu menjadi pandangan matanya.

Kejadian buruk di masalalu masih jelas jaemin ingat dengan baik. Air mata nya kembali jatuh saat membayangkan wajah dan tatapan benci yangyang terhadapnya. Jaemin teramat sangat tersiksa. Dia adalah pria terburuk yang pernah ada. Itu yang selalu jaemin yakini saat ini.

Jaemin hanya mampu mengenang masa indah bersama yangyang seorang diri.

Pintu kamar diketuk oleh seseorang yang rutin mengunjungi jaemin.

Tak ada suara sedikitpun yang keluar dari mulut pria yang sudah kehilangan berat badannya itu.

"Berhenti menyusahkan ku seperti ini".

Ucap pria tampan yang mengenakan stestokop di telinganya.

Jeno datang setiap hari untuk mengecek keadaan jaemin. Sebenarnya jeno tak mau melakukannya. Dia sendiri sedang tak mau bertemu dengan jaemin. Tapi permintaan kepala keluarga Na membuat jeno harus melakukannya.

Jeno menghela nafas panjangnya. Jika dikatakan baik, jaemin memang tak terlihat baik-baik saja. Namun tidak ada masalah serius yang menyangkut kesehatannya.

Jaemin hanya kurang makan dan istirahat dengan baik.

Sebenarnya niat johnny menyuruh jeno datang bukan sebagai dokter. Johnny berharap hubungan keduanya kembali membaik. Sejak renjun memutuskan jeno, hal serupa juga jeno lalukan pada keluarganya dan juga keluarga jaemin.

Johnny bahkan memohon dengan sangat agar jeno datang ke kediamannya untuk bertemu dengan jaemin. Memang tidak setiap hari, hanya beberapa kali dalam seminggu.

Setelah memeriksa jaemin, jeno tak banyak bicara. Dia dengan cepat membereskan peralatan miliknya dan keluar.

Saat jeno memegang knop pintu. Jaemin akhirnya mengucap sepatah kata.

"Maaf"

Jeno tahu, tidak hanya dirinya yang sakit hati. Jeno tahu betul jaemin juga sama tersiksanya dengan dirinya. Meski mulut jeno merutuki jaemin, sesungguhnya jeno juga teramat khawatir pada sahabatnya itu.

Jeno sempat berhenti sebentar sebelum dia benar-benar membuka pintu.

Lagi, jaemin mengucapkan kata yang membuat jeno sedikit berfikir hal buruk.

"Terima kasih, nono".

Jeno menepis hal buruk yang ada di pikirannya. Dokter tampan itu langsung pergi setelah tugasnya selesai. Dia juga sudah memberikan beberapa vitamin dan anjuran untuk diberikan kepada sahabatnya kepada bibi nam.

Sore ini haechan berencana mengajak jaemin untuk melihat taman bunga yang beberapa hari ini dia buat sendiri. Dulu sempat ada taman bunga sewaktu mereka kecil, dan jaemin sering sekali datang kesana disore hari.

Haechan melihat bibi nam yang sedang menyiapkan makan malam untuk kakaknya.

"Bi, biar aku saja yang mengantar". Pinta haechan.

Bibi nam memberikan satu set makanan untuk tuan mudanya. Tak lupa juga obat yang jeno berikan tadi padanya.

Langkah kaki haechan riang terhenti saat melihat jaemin terlelap dengan busa di mulutnya.

Na & LiuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang