2. Tidak Peka

2K 234 7
                                    


*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***


***

TAK!

Tara meletakan dengan kasar gelas di tangannya ke atas meja di mana dua gelas lain yang juga sudah kosong berada tepat di hadapannya.

Napas Tara tampak tak teratur dan ia dengan cepat menghapus kasar air matanya yang sejak tadi terus luruh. Hatinya terasa begitu sakit dan semua itu terjadi karena Kafka.

Bolehkah Tara menyebut rasa sakitnya ini seperti sakit karena diselingkuhi?

Apa ia berhak mengatakan hal tersebut di saat ia ternyata bukan apa-apa untuk Kafka. Hanya ia sendri yang memuja Kafka dan menganggap pria itu sebagai belahan jiwanya di saat Kafka hanya menganggapnya Adik.

"Adik?" Tara tersenyum getir, bisa-bisanya beberapa tahun terakhir ini ia menganggap dirinya dan Kafka memiliki hubungan spesial, bodohnya ia tak menyadari jika ia hanya Adik bagi Kafka.

Tara tertawa pelan memikirkan hal itu, namun masih dengan air matanya yang kembali membasahi pipinya.

Tara sama sekali belum mabuk, namun malam ini ia memang berniat untuk mabuk agar bisa melupakan rasa sakit yang sejak tadi terasa seperti menikam tepat di dadanya itu.

Tara mengabaikan segalanya, ia mengabaikan banyaknya orang di tempat itu juga mengabaikan suara kencang yang sangat memekakan telinganya karena saat ini ia hanya ingin fokus pada minumannya.

Ya, Tara kini berada di sebuah club malam setelah tadi cukup lama terdiam di mobilnya dan tak tahu harus pergi ke mana untuk menetralkan perasaan juga hatinya yang hancur berkeping-keping.

Ingin segera mabuk dan ia tak peduli lagi apa yang akan terjadi setelahnya. Yang penting ia bisa melupakan rasa sakitnya dan ia tak peduli lagi dengan hal lainnya.

"Adik?" gumam Tara lagi seraya mencengkram erat gelas di tangannya dan rasanya sangat ingin membanting gelas itu ke lantai untuk meluapkan segala emosinya namun ia masih sadar dan waras untuk tak melakukan hal itu di tempat seramai ini.

PRANG!

Lagu seketika berhenti, semua orang juga berhenti dari kegiatan mereka dan kini terfokus menatap ke arah di mana baru saja terdengar suara barang pecah.

Bukan, itu bukan Tara karena kini wanita itu juga mencoba melihat ke arah di mana terjadi sedikit keributan yang membuat suasana di sana tiba-tiba terasa agak mencekam itu.

"Sialan!" teriak seorang pria yang menjadi pusat perhatian semua orang.

"Jangan berani-beraninya kamu sentuh saya! Jalang sialan!" teriak pria itu lagi yang tampaknya sangat murka pada wanita di hadapannya.

Tanpa harus Tara mendekat ke sana pun, ia bisa menebak jika pria yang dalam posisi memunggunginya itu pasti tengah dalam kondisi mabuk.

Tara segera menajamkan penglihatannya yang sudah mulai agak buram karena pengaruh alkohol yang ia minum saat melihat pria itu berbalik.

Ia tersentak kaget saat matanya dapat melihat wajah pria itu. Itu pria tadi yang juga memiliki sorot terluka yang sama dengannya, pria yang juga terluka karena Kafka dan Shiela.

Pria itu kini mengamuk dengan dua orang security yang sudah mencekal kedua sisi tubuhnya pria itu terus berontak, dengan kondisinya yang tengah mabuk itu ia sanggup melepaskan diri dan mulai menghajar siapapun yang mendekatinya.

Tara tak tahu apa yang sebenarnya ia pikirkan, namun yang pasti ia tiba-tiba turun dari kursinya, berjalan mendekati pria itu lalu meraih lengan pria itu, membuat kini banyak mata yang menatapnya juga membuat pria itu menatapnya.

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang