*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Tara?"
Tara langsung tersenyum seraya mengangguk dan mengulurkan tangannya ke hadapan Ayah Shiela yang baru saja menyebut namanya tepat setelah Shiela memperkenalkannya.
Dion—Papa Shiela langsung mengulurkan tangannya, menerima jabatan tangan Tara dengan mata yang terus menatap wanita muda itu lekat-lekat.
Tara menyadari ada yang berbeda dari tatapan mata pria di hadapannya itu namun ia sama sekali tak bisa mengartikan apa arti dari tatapan itu.
"Karena semua udah kumpul, kita pindah ke ruang makan ya," ujar Ardila—Mama Shiela yang meminta semua orang mengikutinya ke ruang makan.
Mereka semua duduk di sana dengan suasana yang terasa canggung terlebih karena mereka bisa melihat dengan jelas sorot mata Satya yang masih menunjukkan sorot tak senangnya. Rahang pria yang kebetulan duduk bersebrangan dengan Tara itu benar-benar tampak mengeras dan Tara tahu Satya tengah mati-matian menahan emosinya agar tak meledak dan menimbulkan masalah.
Mereka akhirnya memulai kegiatan makan malam mereka dengan sesekali diiringi obrolan ringan. Mereka tentu tidak langsung ke inti permasalahan karena rasanya itu tak tepat dibicarakan ketika mereka tengah makan. Namun, sejak malan malam dimulai dan kini mereka tengah menyantap hidangan penutup pun, Tara melihat Satya yang tak kunjung menyentuh peralatan makannya.
Satya tahu jika mereka hanya tengah mencoba mengulur waktu dan Tara tanpa ia sadari sejak tadi ada seseorang yang terus saja memperhatikannya, mengikuti setiap gerak-geriknya dengan tatapan yang sama sekali tak terbaca.
Setelah benar-benar selesai dengan makanan mereka, obrolan serius pun dimulai.
"Kenapa gak ada yang kasih tahu aku soal pembatalan perjodohan aku sama Shiela?" tanya Satya langsung ke inti permasalahan yang sangat mengusiknya sejak minggu lalu.
Semua orang terdiam dengan mata mereka yang kini terfokus pada Shiela dan Kafka. Dua orang itulah yang meminta agar berita pembatalan perjodohan itu dirahasiakan dulu dari Satya karena mereka ingin mengatakannay langsung kepada Satya.
"A-ku ... aku yang minta untuk rahasiain dulu masalah itu karena aku mau kaish tahu kamu secara langsung, aku gak mau kam—"
"Secara langsung?" sela Satya dengan sebelah alisnya yang terangkat.
"Maksud kamu langsung bilang kalau kamu bakal nikah sama dia dalam beberapa bulan ke depan setelah bikin aku selama ini berpikir hubungan kita baik-baik aja?" sambung Satya lagi yang kembali mengingat kejadian minggu lalu saat ia mendengar Kafka mengatakan akan menikahi Shiela dalam waktu tiga bulan ke depan.
"Kalian bahkan baru mau kasih tahu aku beberapa hari sebelum kalian lamaran?!"
Ya, selain mengenai pernikahan, acara lamaran Kafka dan Shiela yang harusnya dilakukan beberapa hari sebelumnya pun terpaksa ditunda karena permintaan Dion yang merasa permasalahan di antara Shiela, Kafka dan Satya harus diselesaikan terlebih dahulu, namun itu semua sudah terlanjur membuat Satya marah dan kecewa.
"Udah sejak kapan kalian jalin hubungan tanpa sepengetahuan aku?"
Satya menatap Shiela dan Kafka bergantian, wajahnya tampak kian tak bersahabat dan membuat Shiela seketika menunduk.
"Udah berapa lama kalian membodohi aku?" tanya Satya lagi dengan kekecewaan yang sangat kentara.
Bukan itu yang sebenarnaya ingin Satya tanyakan saat tadi sore bundanya mengajaknya untuk berkunjung ke rumah orang tua Shiela. Tadinya ia bersemangat datang ke sana karena merasa masih memiliki kesempatan namun saat melihat Kafka berada di sana, ia tahu kesempatan itu benar-benar sudah tak ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Roman d'amour***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...