*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Kamu kenapa tiba-tiba mau berhenti? Apa ini karena pernyataan aku seminggu yang lalu?"
Tara perlahan menggelengkan kepalanya sebagai jawaban akan pertanyaan Aryan yang kini berdiri di hadapannya dengan wajah muram.
Ya, Aryan baru saja mendengar mengenai pengajuan resign Tara dari atasan mereka dan Aryan pikir itu mungkin terjadi karena ia menempatkan Tara pada posisi canggung setelah mengutarakan perasaannya untuk Tara.
"Bukan," sahut Tara seraya menunjukkan sedikit senyumannya.
"Kafka minta aku balik ke Jakarta, ada sedikit masalah sama perusahaan dan Kafka butuh aku di sana."
Aryan menatap Tara dengan tatapan menyelidik, ia mencoba mencari kebohongan dari perkataan Tara namun ia tak menemukannya dan tahu jika Tara jujur.
Tara hendak pergi dari sana karena Kafka, bukan karena pernyataannya tempo hari.
"Ngedadak banget ya?" tanya Tara yang langsung Aryan jawab dengan anggukkan kepalanya.
"Aku udah mikirin keputusan ini sejak minggu lalu, jujur aku juga belum mau balik ke sana, tapi aku gak bisa egois. Banyak orang yang bergantung sama perusahaan dan aku gak mungkin korbanin mereka hanya karena masalah pribadi."
Aryan mengerti, namun rasanya tetap saja tak rela untuk membiarkan Tara pergi. Jika Tara pergi itu artinya ia tak bisa lagi berdekatan dengan Tara dan kesempatannya untuk merebut Tara dari Satya menjadi semakin tipis.
"Tenang aja, aku masih bakal di sini sampai sebulan ke depan, GM minta aku tunggu sampai ada pengganti dulu," sambung Tara lagi seraya menepuk bahu Aryan pelan namun lagi-lagi Aryan sama sekali tak lega.
Aryan tak ingin Tara pergi darinya.
Suara ponsel Tara tiba-tiba terdengar sehingga obrolan itupun terhenti.
Tara langsung tersenyum saat ia melihat layar ponselnya dan senyum itu tak luput dari pandangan Aryan.
Dari senyuman itu saja Aryan bisa menebak siapa yang menghubungi Tara dan saat Tara akhirnya menerima penggilan itu, Aryan bisa mendengar kata pertama yang diucapkan dari seberang sana kepada Tara.
"Sayang ... Gue mau ngabarin, gue udah sampai Sydney," ujar sosok yang tak lain adalah Satya tersebut.
Ya, Aryan mendengar dengan jelas panggilan sayang yang Satya ucapkan dari seberang sana dan itu membuatnya mengepalkan kedua tangannya.
Aryan tak menyukai itu.
Tara langsung kembali menatap Aryan sebelum merespon ucapan Satya itu.
"Aku duluan ya," pamit Tara yang langsung berjalan meninggalkan Aryan.
"Lagi sama siapa?" tanya Satya begitu Tara berbalik dan melangkah pergi.
Tara ragu untuk menjawab sehingga ia memutuskan untuk mengalihkan topik.
"Udah sampai di hotel atau masih di bandara?" tanya Tara.
"Baru sampai di hotel. Barusan lagi sama siapa, Sayang?"
Satya menolak mengganti topik pembicaraan mereka sehingga ia kembali bertanya dan Tara pada akhirnya tak bisa mengelak lagi.
"Lagi bicara sama Aryan," ungkap Tara dan detik selanjutnya ia bisa mendengar omelan Satya dari seberang sana.
"Gak ngapa-ngapain, dia cuma tanya kenapa gue tiba-tiba mau berhenti," ujar Tara mencoba membela diri, lagi pula ia juga tak berbohong, kan?
"Dia udah tahu?" tanya Satya yang menjeda omelannya karena jawaban Tara itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...