*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Lo bener-bener udah keterlaluan, Sat ...."
Satya membisu kala matanya bisa melihat gurat kecewa yang begitu dalam di sorot mata Tara. Ia tak bisa mengatakan apa pun walau hanya sebuah pembelaan yang menerangkan jika ia sama sekali tak berniat menampar Tara.
Ya, itu murni kecelakaan yang seharusnya tak terjadi namun Tara menganggapnya berbeda.
"Jadi lo aslinya kayak gini? Kalau kayak gini ... gue rasa emang udah paling bener kalau lo gak tanggung jawab," ujar Tara lagi dengan nada getir yang menyayat hati bahkan Satya seketika merasakan desiran aneh di dadanya saat mendengar perkataan Tara.
"Gue gak mau anak gue dibesarin sama ayah yang ringan tangan kayak lo. Anak gue lebih baik gak punya ay—"
BRAK!
"Jadi lo balik ke sini cuma untuk rusak rumah tangga gue sama Kafka?"
Tara tak sempat menyelesaikan perkataannya, suara pintu yang dibuka dengan sangat kasar itu berhasil membuat Tara dan Satya langsung menoleh dan mereka mendapati Shiela yang berjalan mendekat dengan kemarahannya yang sangat kentara.
"Shiela, aku udah bilang kamu cuma salah paham," ujar Kafka yang berjalan mengekori Shiela dan berusaha menghentikan Shiela yang terus mendekati Tara.
"Lo mau balas dendam?" tanya Shiela yang langkah kakinya langsung terhenti saat pergelangan tangannya berhasil Kafka raih.
"Shiel—"
"Kamu diem!" bentak Sheila kepada Kafka lalu ia kembali menatap Tara.
"Lo mau rebut Kafka dari gue sebagai bentuk pembalasan karena Papa tinggalin lo sama nyokap lo, kan?" tuduh Shiela yang membuat Tara dan dua orang lainnya terkejut.
"Lo pasti dendam karena sejak kecil lo gak dapat kasih sayang Papa karena Papa hidup sama gue dan nyokap gue, kan?"
Tara mengernyitkan dahinya, ia tak tahu harus merespon tuduhan-tuduhan tak berdasar itu seperti apa karena selain tuduhan itu salah, Tara juga tak pernah merasakan iri seperti apa yang Shiela katakan bahkan untuk menyebut Dion dengan panggilan Papa saja ia tak sudi.
"Dan sekarang lo mau balas itu semua dengan cara hancurin rumah tangga gue sama Kaf—"
"SHIELA, STOP!" bentak Kafka yang benar-benar tak senang mendengar semua tuduhan istrinya itu kepada Tara.
"Aku udah bilang kalau kamu salah paham! Aku peluk Tara karena—"
"KARENA KAMU CINTA SAMA TARA, KAN?!"
DEG
Tara lagi-lagi dibuat tersentak begitu juga dengan Kafka namun Satya yang sudah menduga hal itu hanya diam dan menatap Tara dengan tatapan datarnya.
Cinta Tara kepada Kafka berbalas, lalu apa yang akan Tara lakukan setelah mengetahui hal itu?
"You talk too much, Shiela, ayo ikut ak—"
"Kenapa? Kamu gak senang aku kasih tahu Tara kalau selama ini kamu juga cinta sama dia? Kamu nikahin aku karena terpaksa, kan, Kaf? Kalau gitu apa kita lebih baik cerai aj—"
PLAK!
"KAFKA!"
Satya tersentak, ia langsung melangkah maju lalu mendorong Kafka dan melayangkan sebuah pukulan yang membuat Kafka jatuh ke belakang.
Kafka terkejut karena ia refleks melayangkan tangannya dan ia sama sekali tak siap saat pukulan Satya mendarat di rahang kirinya.
Tara yang juga terkejut bahkan sampai menjerit kecil dan ia dibuat kembali tersentak saat mendengar perkataan Shiela.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Roman d'amour***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...