*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Ra, setelah nonton nanti mau gak ikut ke villa?"
"Villa?"
"Iya, villa keluarganya Shiela, kemarin Om Dion chat gue bilang ada acara di villa dan dia mau gue ajak lo ke sana."
Pergerakan tangan Tara yang tengah mengusapkan perona pipi seketika terhenti saat mendengar Satya menyebut nama Shiela namun ia lebih dibuat kebingungan saat mendengar kelanjutan perkataan Satya yang berakhir menyebut nama Dion.
Untuk apa Papa Shiela mengajaknya juga?
Padahal dari apa yang baru saja Satya katakan, Tara bisa menebak acara di villa itu adalah acara keluarga dan ia bukan teman apalagi bagian keluarga yang harus diundang ke sana, kan?
"Jadi Shiela ternyata pulang lebih cepat karena sepupunya, Samudra sama keluarganya dateng dari Jerman. Samudra itu sahabat gue dan Om Dion mungkin suruh gue ajak lo biar gak ngenes lihat Shiela sama Kafka nanti di sana."
Tara langsung melirik Satya dari pantulan cermin di depannya, meski terdengar menyedihkan namun apa yang Satya katakan rasanya ada benarnya.
Mungkin Dion memang menyuruhnya mengajak Tara agar ia tak kesepian di sana nanti.
"Ayah sama Bunda juga diundang ke sana, tapi kalau lo gak mau juga gak apa-apa," sambung Satya lagi yang sejak tadi duduk di sisi tempat tidur Tara dengan mata yang terfokus pada ponsel di tangannya.
"Nginep?" Satu pertanyaan itu menjadi satu-satuya respon yang Tara katakan sebelum ia kembali terdiam dan tampak berpikir setelah Satya menjawab pertanyaannya tersebut.
"Kayaknya sih nginep, jaga-jaga bawa baju ganti aja dulu kalau mau ke sana nanti."
Hening.
Satya langsung menurunkan ponselnya saat tak mendapat lagi respon dari Tara, ia menatap Tara lamat-lamat dari belakang sana lalu bangkit dan berdiri di balik tubuh Tara dengan tangan yang langsung ia letakkan di atas kedua bahu Tara yang duduk di depannya.
"Gue males ke sana sendirian, kalau lo ikut nanti gue punya alesan buat pulang lebih awal dan gak harus nginep di sana."
Tara awalnya masih tampak ragu, ia tak kunjung memberi jawaban sampai Satya menengadahkan kepalanya dan memberikan kecupan di bibirnya dengan begitu lembutnya lalu pria itu mengatakan, "Gue lebih suka nginep di sini daripada harus nginep di sana."
Tara membuka matanya lalu menunjukkan wajah tak habis pikirnya namun perlahan ia menganggukkan kepalanya juga sehingga Satya langsung tersenyum lebar.
"Tapi bawa dulu aja baju ganti ya, Ra. Takutnya malah gak boleh pulang," ucap Satya yang satu kali lagi Tara respon dengan anggukkan kepalanya sebelum akhirnya Satya terpaksa menjauh dan membiarkan Tara mulai mengemas dua stel pakaian yang akan ia bawa nanti.
Setelah Tara siap dengan semua persiapannya, mereka pun turun ke lobi apartemen Tara dengan tangan Satya yang begitu sibuk. Satu tangannya ia gunakan untuk membawa tas milik Tara sedangkan satu tangan lainnya ia gunakan untuk menggenggam tangan Tara dengan begitu posesifnya.
Tara sama sekali tak memprotes, ia justru merasa senang karena merasa dengan itu Satya begitu perhatian kepadanya dan membuatnya kian meyakini jika di antara mereka ada hubungan lebih yang tak harus ia cari-cari lagi apa nama dari hubungan itu.
Perjalanan mereka menuju salah satu pusat perbelanjaan hanya diiringi lagu yang terputar di radio, keduanya sama-sama lebih banyak diam karena Satya lebih memilih fokus pada jalanan yang cukup ramai di depan mereka di saat Tara fokus pada ponselnya untuk membalas beberapa pesan yang ia dapat dari Riri juga Lidya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...