*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
Menghabiskan malam bersama, baik itu melakukan kegiatan intim ataupun tidak bukanlah hal baru bagi Satya dan Tara. Namun menjadi yang bangun lebih dulu daripada Tara mungkin adalah hal yang jarang bahkan belum pernah terjadi sebelumnya kepada Satya.
Ya, pagi ini Satya bangun lebih awal daripada Tara. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali sampai akhirnya ia benar-benar terbangun dan seketika tersenyum saat mendapati jika ia tidur dalam pelukan Tara.
Satya bisa mendengar suara hembusan napas teratur juga suara debaran dalam dada Tara yang membuatnya perlahan mendongak untuk menatap Tara.
Satya kembali tersenyum dan perlahan mencoba untuk menyamakan posisi kepalanya dengan kepala Tara sehingga kini wajah mereka saling berhadapan.
Satya ingat jika ia beberapa kali terbangun karena Tara mengusap wajahnya dan pagi ini ia melakukan hal yang biasanya Tara lakukan kepadanya itu.
Sebelah tangan Satya terangkat dan perlahan mendekati sisi wajah Tara, ia kembali tersenyum saat jemarinya mendarat dengan mulus di pipi mulus Tara.
Satya mengusap pipi Tara namun Tara tampak tak terganggu oleh usapannya itu sehingga usapan Satya perlahan naik ke sisi kepala Tara. Ia mengelus sisi kepala Tara seraya sedikit merapikan rambut Tara yang agak berantakan sampai ia akhirnya kembali tersenyum dengan senyum yang lebih lebar.
"Cantik."
Ya wanita di hadapannya itu begitu cantik bahkan di saat sedang terlelap seperti ini dan Satya tanpa sadar menggumamkan pujian itu yang diikuti mendaratnya sebuah kecupan darinya di pipi Tara.
"Tara, bangun," panggil Satya dengan sebelah tangan yang mulai mengelus lembut pipi Tara yang baru saja ia beri kecupan.
"Ra, ayo bangun, kita mau ke apartemen lo dulu lho sebelum ke kantor," panggil Satya lagi seraya melirik jam dinding dan ya, ini sudah waktunya untuk mereka bangun lalu mandi dan pergi ke apartemen Tara.
Satya kembali memberikan kecupan di pipi Tara namun kecupan itu tak hanya berhenti di sana, ia terus mengecupi bagian lain wajah Tara tanpa henti sampai Tara akhirnya terusik dan mencoba mendorong dadanya.
"Saaat, gue masih ngantuk," keluh Tara dengan suara agak serak dan mata yang masih terpejam.
Ya, Tara bahkan tak harus membuka matanya untuk melihat siapa yang tengah mengecupi wajahnya karena selain mengingat ia tidur di unit Satya, Tara juga hanya membiarkan pria itu saja yang melewati batasan bersamanya.
"Udah pagi, kita kan mau ke apartemen lo dulu, sekalian nanti gue mau ajak lo sarapan di luar," ungkap Satya yang membuat mata Tara perlahan terbuka.
Melihat itu Satya tak bisa merasa tak gemas sehingga ia tersenyum lalu akhirnya kembali mengecupi wajah Tara dengan kecupan yang berubah menjadi ciuman saat berakhir di bibir Tara.
"Sat—ngh—"
Tara kembali hendak mendorong Satya namun pria itu tak ingin kalah sehingga ia kian menempel pada tubuh Tara dan memberikan ciuman pagi yang terlalu panas.
"Morning kiss," ujar Satya yang diiringi senyum tanpa dosanya lalu ia bangkit, berdiri di sisi tempat tidur dan mengulurkan sebelah tangannya ke hadapan Tara.
Tara tak langsung menerima uluran tangan itu, ia justru balik menatap Satya dengan tatapan bertanya.
"Ayo mandi," ujar Satya yang lagi-lagi diiringi senyum namun kini senyum jahil yang membuat mata Tara membola.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romantizm***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...