*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Lo denger apa yang gue bilang, kan, Tara?"
Tara membuka lagi matanya, ia langsung menatap Satya yang masih berada di atas tubuhnya dengan tatapan sayunya.
Mulut Tara sedikit terbuka seperti ia hendak mengatakan sesuatu namun lagi-lagi yang lolos dari bibirnya hanyalah suara desahan yang justru kian membakar Satya dan membuat pria itu bergerak semakin cepat memasukinya di bawah sana.
"Lo denger apa yang gue bilang? Lo ngerti apa yang gue maksud, kan?" desis Satya dengan wajah yang kembali merapat ke sisi kepala Tara bahkan pria itu menggigit daun telinga Tara yang memberikan sensasi aneh bagi wanita di bawahnya itu.
Tara lagi-lagi memejamkan matanya dengan kedua tangan yang kembali merengkuh tubuh polos Satya agar semakin merapat pada tubuhnya lalu perlahan Satya bisa merasakan gerakan kepala Tara.
Wanita itu mengangguk dan membuat senyum terbit di wajah Satya sehingga pria itu kembali menciumi beberapa bagian tubuh Tara untuk semakin melengkapi rasa nikmat yang menjadi pelengkap kegiatan ranjang mereka.
Satya kembali memberikan tanda kepemilikan di leher Tara dan entah itu sudah tanda yang ke berapa karena sejak tadi Tara merasakan pria itu sudah berulang kali menghisap kulitnya dengan kuat, bukan hanya di leher tapi juga di berapa tempat lain di tubuhnya.
Gerakan Satya yang kian cepat dan menyentaknya dalam membuat Tara teringat sesuatu sehingga ia kembali membuka matanya dan berusaha berbisik di tengah desahan yang lolos tanpa bisa ia kendalikan.
"Sat ... ja-ngan di dalem ... gu-e ... lagi subur," bisik Tara yang merasakan jika di bawah sana milik Satya terasa kian membesar dan mungkin pria itu akan segera mencapai puncaknya.
Satya mendengar itu namun ia sama sekali tak mengatakan apapun karena ia justru sibuk menambah kecepatannya sampai tak lama setelahnya ia justru menekan dalam-dalam miliknya dengan lenguhan panjang yang disertai tubuhnya yang ambruk di atas tubuh Tara.
Pria itu mengabaikan peringatan Tara dan mengeluarkan semua benihnya di dalam sana.
Bersama dengan Satya yang mendapatkan pelepasannya, Tara juga untuk kesekian kalinya mencapai puncaknya.
Tara dan Satya sama-sama terengah, lalu Satya perlahan mengangkat tubuhnya namun ia bukannya menyingkir dari atas tubuh Tara, ia justru kembali menyatukan dahinya dengan dahi Tara, ia menatap lekat-lekat Tara yang masih terpejam dan sedang mengatur napasnya.
Entah apa yang sebenarnya kini tengah Satya rasakan, sorot matanya sama sekali tak terbaca namun senyum samar tiba-tiba menghiasi wajahnya sebelum ia tiba-tiba meraup lagi bibir Tara dengan bibirnya.
Tara terkejut, bahkan tautan mereka di bawah sana belum terlepas dan kini Satya kembali menciumnya dengan ciuman yang perlahan kembali terasa menuntut sehingga Tara tak memiliki pilihan lain selain berusaha menghentikan Satya.
Napasnya saja belum sepenuhnya teratur namun pria di atasnya itu justru membuatnya kembali kesulitan bernapas.
Tepukan di dadanya pada akhirnya membuat Satya melepas tautan bibirnya dari bibir Tara. Ia menatap lagi Tara dengan tatapan sayu lalu menatap bibir Tara yang memerah karena ulahnya dengan sedikit senyuman yang lagi-lagi menghiasi wajahnya.
"Jangan marah lagi," bisik Satya yang membuat Tara membuka mata dan membuat mereka saling bertatapan dengan jarak wajah yang begitu dekat.
"Gue janji yang kemarin kali terakhir gue terlibat sama Shiela dan mulai sekarang gue gak akan pernah terlibat lagi sama dia ... jadi ... lo juga jangan terlibat lagi sama Kafka, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...