53. Temen SMA

1K 160 29
                                    



*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***



***

"Aku masih bakal di sini sampai minggu depan, tapi aku bakal bilang ini sekarang ...."

Tara masih menatap Aryan yang berdiri di depannya, ia melipat kedua tangannya di depan dada dengan senyum lembut yang menghiasi wajahnya lalu mengangguk saat mendengar sisa perkataan Aryan kepadanya.

"Aku serius, Ra. Kalau kamu jenuh sama Ibu Kota dan berniat buat liburan ke Bali, kasih tahu aja aku, nanti aku bakal kasih kamu diskon khusus dan bakal anter kamu ke manapun yang kamu mau," ujar Aryan yang juga terus tersenyum senang sejak tadi.

"Oke, aku pegang janji kamu ya, nanti kapan-kapan aku ke Bali," sahut Tara yang kini tengah mengantar Aryan sampai pintu utama perusahaannya.

Mereka sudah mengobrol cukup lama dan Tara harus segera kembali ke pekerjaannya di saat Aryan juga harus pergi ke kantor corporate hotel tempatnya bekerja.

Aryan akhirnya pergi setelah sesi berpamitan panjang yang sejujurnya belum ia inginkan itu, lalu Tara juga kembali ke lantai atas namun saat baru keluar lift lagi-lagi ia harus berpapasan dengan seseorang yang tampaknya ingin bicara dengannya.

"Kafka bilang kemarin Papa gue ada kirim chat ke lo, Ra, bener?"

Ya, sosok yang kali ini Tara temui adalah Shiela dan kini wanita itu menatapnya dengan tatapan menyelidik sehingga Tara tak bisa mengelak dan menganggukkan kepalanya.

"Iya, Om Dion kemari nada chat gue, tap—"

"Mau ngapain Papa gue chat lo?" sela Sheila yang menatap Tara semakin menyelidik dan tepat seperti apa yang Satya katakan tadi, Shiela mencurigainya.

Satya sengaja tak bercerita mengenai pesan Dion kepada Tara, tapi Kafka tadi justru menceritakannya dan membuat kini Shiela menuntut penjelasan dari Tara dengan tatapan menghakiminya.

"Gue ada urusan aja sama Om Dion, urusan pribadi dan—"

"Urusan pribadi lo itu sama bokap gue, Ra dan lo harus tahu kalau bokap gue udah beberapa hari gak pulang bahkan gak balas semua pesan yang gue sama nyokap gue kirimin. Gak usah main rahasia-rahasiaan kalau lo gak mau gue mikir yang enggak-enggak!"

Perkataan Tara untuk kesekian kalinya terhenti namun kali ini ia menatap Shiela dengan bibir yang agak terbuka, ia hampir tak percaya dengan perkataan Shiela yang secara terang-terangan seakan menuduhnya melakukan sesuatu yang salah.

Tara mengambil napas dalam-dalam lalu kembali menatap Sheila dan mengatakan, "Gue gak bisa cerita lengkap karena ini privasi gue, gue cuma bisa kasih tahu lo kalau Om Dion hubungin gue karena dia tahu sesuatu soal orang tua gue ... itu aja cukup, kan?"

Dahi Shiela langsung mengernyit, ia tentu masih memiliki banyak pertanyaan namun Tara tiba-tiba saja menyela dengan mengatakan, "Gue masih banyak kerjaan, kalau lo mau tahu Om Dion ada di mana, nanti gue bakal coba tanya Om Dion."

Shiela jadi urung mengatakan apa yang ada dalam benaknya terlebih Tara akhirnya melangkah pergi dari hadapannya, namun yang pasti kini Shiela jadi semakin penasaran dan ia belum sepenuhnya percaya dengan apa yang Tara katakan barusan.

Di tempat lain, Dion tampaknya masih terpukul dengan apa yang dikatakan Tara kepadanya kemarin. Ia masih terus melamun dengan sesekali menitikkan air matanya, ia frustasi, tak tahu apa yang harus ia lakukan agar bisa memberitahu Tara jika ia adalah ayah wanita itu.

Belum tahu saja Tara sudah terlihat membencinya, bagaimana jika Tara tahu?

Tara pasti akan semakin membencinya, kan?

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang