*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
Aryan berjalan meninggalkan ruangannya dengan lesu, jam kerjanya sudah berakhir dan biasanya setelah keluar dari ruangannya ia akan pergi menuju ruangan Tara yang mulai hari ini bukan lagi Tara yang menempati ruangan itu.
Aryan menatap nanar pintu ruangan Tara, ia ternyata gagal untuk membuat Tara bertahan di sana sehingga ia pun meratapi kegagalannya itu.
Aryan masih terlarut meratapi kegagalannya saat ia tiba-tiba dipaksa sadar oleh suara dari ponselnya.
Aryan langsung merogoh saku celanannya dan detik selanjutnya ia langsung tersenyum saat mendapati nama Tara tertera di layar ponselnya.
"Baru juga beberapa jam, tapi aku udah kangen kamu, Tara," gumam Aryan yang kemudian menggeser ikon hijau di ponselnya dan membawa benda pipih itu ke sisi telinga kanannya.
"Halo, Tara, kamu udah sam—"
Perkataan Aryan sama sekali tak terselesaikan karena ia dibuat terkejut dengan suara Tangis Tara dari seberang sana.
"Tara? Kamu kenapa?" tanya Aryan yang seketika dibuat panik.
Aryan yang awalnya hendak pulang pun mengurungkan niatnya, ia berjalan kembali ke ruangannya demi mencari tempat sepi untuk berbicara dengan Tara.
"Ra, kamu kenap—"
"Kamu jahat, Aryan!"
DEG
"Kamu jahat ...."
Suara tangis Tara terdengar kian menjadi namun di sela tangis itu Aryan juga bisa mendengar kekecewaan yang cukup besar saat Tara mengucapkan kata-katanya.
"Tara, ada apa? Kamu tenang ya, bicara pelan-pelan, aku gak ngerti maksud kamu apa," ujar Aryan mencoba membujuk dan menenangkan Tara dengan lembut di namun di seberang sana Tara justru merasa semakin kecewa.
"Kenapa kamu lakuin ini ke aku, Aryan? Aku ada salah apa sama kamu? Kenapa kamu buat Satya benci sama aku?"
DEG
Untuk kali kedua Aryan dibuat terkesiap, namun kini ia jauh lebih terkejut dari sebelumnya dan pikirannya langsung terlempar pada kemungkinan jika Tara sudah tahu apa yang ia lakukan.
"Tara dengerin aku dulu ... Maaf ... Maafin aku, Ra. Aku lakuin itu karena aku bener-bener cinta sama kamu, aku—"
"Kamu jahat, Aryan! Kamu bikin Satya gak percaya lagi sama aku dan kamu buat dia gak mau tanggung jawab atas bayi dalam kandunganku!"
Mata Aryan seketika melebar, dadanya bertalu cepat dan kakinya seakan kehilangan tenaga sesaat setelah mendengar kalimat terakhir perkataan Tara.
"Ka-kan-dungan?" tanya Aryan seakan memastikan jika ia tak salah dengar dan detik berikutnya ia dibuat benar-benar hancur.
"Iya ... aku hamil anaknya Satya, Aryan dan karena kamu sekarang Satya gak mau tanggung jawab," sahut Tara dengan nada marahnya namun setelah itu suara tangi Tara kembali terdengar dan itu jauh lebih memilukan dari sebelumnya.
Aryan mematung, ia seakan tengah mencoba mencerna semua perkataan Tara dan tentu saja ia rasanya sulit untuk mempercayai jika wanita yang ia cintai kini tengah mengandung benih dari pria lain.
Seharusnya Aryan mengutarakan perasaannya lebih awal dan memperjuangkan Tara dengan sebaik-baiknya sebelum Tara kembali bertemu dengan Satya. Jika ia melakukan itu, ia tentu tak akan terlambat seperti sekarang, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...