*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Tolong siapin semua berkasnya, Ka. Mereka minta kita udah di sana lusa, jadi besok siang kita langsung berangkat ke sana."
Satya tengah menghubungi Azka seraya mengemudikan mobilnya. Ia masih dalam perjalanan pulang setelah seharian berada di kantornya. Satya pulang lebih malam dari jam yang seharusnya dikarenakan ada sedikit masalah dengan kerja sama perusahaannya dengan beberapa investornya.
Sudah seminggu lebih Satya terus pulang lebih malam dari yang seharusnya dan malam ini ia memutuskan untuk singgah terlebih dahulu ke tempat penjual nasi bebek yang berada di dekat apartemennya.
Satya tak tahu mengapa sejak siang tadi ia terus teringat pada nasi bebek itu sehingga saat dalam perjalanan pulangnya ia memutuskan untuk singgah ke sana.
"Udah habis, Pak?" tanya Satya memastikan lagi apa yang baru saja ia dengar dari penjual nasi bebek langganannya tersebut.
"Iya, Mas nasi bebeknya udah abis tadi ada yang borong," sahut penjual nasi bebek itu dan entah mengapa Satya merasa amat kecewa mendengar jawaban si penjual tersebut.
Satya pun mengucapkan terima kasih lalu masuk kembali ke dalam mobilnya dengan perasaan kecewanya.
"Padahal gue lagi pengen banget," gumam Satya yang kemudian kembali melajukan mobilnya.
"Makan malam apa dong ya? Gue beneran lagi pengen banget nasi bebek tapi pengennya yang di sana," gumam Satya lagi yang kemudian mencoba memikirkan apa yang akan ia makan sampai ia merasa sepertinya ia tak akan memakan apa pun karena sumpah demi Tuhan, ia hanya menginginkan nasi bebek dari tempat tadi.
Satya mulai menambah kecepatan mobilnya, walau gedung apartemennya sudah terlihat, masih butuh beberapa menit untuk ia bisa sampai ke sana.
Satya terus menambah kecepatan mobilnya saat ia memasuki kawasan yang agak sepi dan gelap namun saat ia memasuki sebuah tikungan, Satya dibuat tersentak kaget dan langsung menginjak pedal remnya saat tiba-tiba seseorang muncul beberapa meter di depan mobilnya.
Dada Satya bertalu kencang, ia sungguh sangat terkejut sampai keterkejutan itu berubah menjadi rasa marah dan ia langsung turun dari mobilnya.
"Lo gak punya mata? Mau mati atau apa hah?" maki Satya pada sosok di depan mobilnya itu.
Satya membanting pintu mobilnya dengan kasar hingga suara debuman terdengar cukup menusuk telinga, lalu ia berjalan ke depan mobilnya berniat untuk memaki lagi wanita ceroboh di depan mobilnya itu.
Satya kian mendekat, cahaya dari lampu mobilnya membuat ia agak kesulitan melihat dengan jelas namun ia sudah siap untuk kembali memaki wanita yang kini berada beberapa langkah di depannhya itu.
"Lo—"
DEG!
Makian Satya seketika tertahan di ujung bibirnya, dadanya bertalu kian cepat dan ia merasakan desiran aneh menyesakkan dadanya saat ia menyadari jika ia mengenal wanita di depannya itu.
"T-Tara?" panggil Satya dengan suara tercekatnya.
Ya, wanita di depannya itu Tara dan detik itu juga Satya bersumpah tubuhnya seketika terasa lemas dengan debaran di dada yang kian cepat hingga rasanya amat menyiksa.
"Tara ...," panggil Satya lagi yang tanpa ia sadari kakainya langsung melangkah mendekati Tara dan membawa tubuh wanita itu ke dalam pelukannya.
Satya memeluk Tara dengan erat, ia tak bisa mengatakan apa pun selain memanggil ulang nama Tara dalam rasa terkejut luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Roman d'amour***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...