46. Tentang Waktu

1.2K 162 45
                                    







*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***





***

"Apa kita gak bisa kayak gini aja?"

Satya berbicara dengan bisikan lirihnya dan dengan mata yang menatap tepat di manik mata Tara.

"Kita bisa jalanin semua tanpa harus terikat status apa pun, kan?" sambung Satya yang membuat Tara tertegun mendengar perkataannya tersebut.

Tara tak kunjung bersuara dan hanya bisa menatap dalam Satya yang juga menatapnya dalam-dalam.

Apa maksud perkataan Satya?

Apa pria di depannya ini hanya ingin mereka tetap berteman namun dengan melakukan hal-hal yang tak seharusnya dilakukan seorang teman?

Sebagai wanita Tara tentu sedih mendengar apa yang Satya katakan barusan terlebih ia sudah begitu berharap dan ia tanpa sadar bahkan sudah sangat mencintai pria di hadapannya tersebut.

Ya, entah sejak kapan namun yang pasti Tara tahu jika saat ini perasaannya untuk Satya adalah cinta. Namun sayangnya ia merasa jika lagi-lagi cinta yang ia punya berakhir bertepuk sebelah tangan seperti cintanya kepada Kafka.

"Tanpa harus ada status di antara kita sekalipun, lo pasti tahu kalau gue sayang sama lo, kan, Tara?" ucap Satya lagi namun Tara tetap bergeming, ia tak tahu harus mengatakan apa.

Memang benar ia bisa merasakan jika Satya menyayanginya, namun jika tanpa adanya status yang jelas, ia tak akan tahu jenis sayang macam apa yang Satya beri untuknya.

Tara tetap membisu walau kini sebelah tangan Satya berada di sisi wajahnya dengan jemari pria itu yang mulai mengelus pipinya sangat lembut.

"Ada yang lo takutin?" tanya Satya yang masih terus bicara dengan suara pelannya.

Jawaban untuk pertanyaan Satya tersebut sebenarnya sudah sangat jelas, bukan? Dan seharusnya Satya tahu itu.

"Lo takut gue bakal tinggalin lo?"

Ya, Satya menyadari hal yang Tara takutkan itu lalu mengapa ia masih menanyakan hal tersebut.

"Jangan takut ... gue janji gue gak akan pergi tinggalin lo, Tara," ucap Satya yang kini menunjukkan tatapan sungguh-sungguhnya.

"Kasih gue waktu," tambah Satya yang perlahan menyatukan dahinya dengan dahi Tara.

Tara masih terdiam dan ia perlahan mengalihkan tatapannya dari mata Satay yang terasa terlalu dekat dengan matanya, Tara menurunkan tatapannya namun hal tersebut justru membuat Satya dengan cepat menarik dagunya, membuatnya kembali menatap pria itu dan perlahan kembali memejamkan matanya saat Satya akhirnya kembali menyatukan bibir mereka.

Menyayangi, janji tak akan pergi dan meminta waktu, semua yang dikatakan Satya berputar dalam kepala Tara di saat wanita itu tetap hanya diam tanpa membalas ciuman Satya.

Apakah tiga hal yang Satya katakan barusan cukup untuk menjadi jaminan untuk meyakinkannya?

Tara tak tahu.

Ada rasa ingin percaya yang cukup besar namun rasa takut yang ia rasakan pun tak kalah besarnya.

Satya memintanya untuk menunggu, tapi sampai kapan dan mengapa ia harus menunggu jika memang Satya menyayanginya dan tak akan pergi meninggalkannya?

Bukankah Satya bisa saja langsung memberi kejelasan untuknya jika memang ia tak akan pergi nantinya?

"Kasih gue waktu sedikit lagi, Tara."

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang