81. Korban Keegoisan

1.4K 179 12
                                    


*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***


***

"Om Dion kecelakaan, Tara. Kondisinya sekarang kritis."

Tara terdiam, ia membisu dengan sorot matanya yang tampak kosong. Usapan lembut jemari Satya menyadarkannya dan ia mendapati Satya menatapnya dengan tatapan memohon.

"Kita ke rumah sakit ya?" ajak Satya kepada Tara yang masih bergeming di posisinya.

Tara tetap diam bahkan saat Haura dan Ferdi datang dari arah dapur pun ia masih membisu.

"Ada apa?" tanya Haura saat melihat ada yang tak beres di sana dan menduga jika perdebatan Tara juga Satya memasuki babak baru yang lebih parah karena melihat Tara mendiami Satya.

Satya menoleh dan sama seperti sebelumnya ia menunjukkan tatapan memohon yang tampak begitu sendu.

"Om Dion kecelakaan, Bun. Kondisinya sekarang kritis," ujar Satya yang membuat kedua orang tuanya sangat terkejut dan membuat Haura mengerti arti sorot memohon yang putranya perlihatkan itu.

Haura langsung menatap Tara, ia melangkah mendekat lalu meraih sebelah tangan Tara dan mengatakan, "Temuin Papa kamu ya?"

Tara seketika menatap Haura dan ia memperlihatkan sorot rapuhnya sebelum akhirnya dengan perlahan menggelengkan kepalanya.

"Tara ...."

"A-aku gak mau ... aku bukan siapa-siapanya," ujar Tara yang langsung menarik tangannya dari genggaman Haura dan Satya.

"Kamu minta Shiela aja, dia anaknya ...."

Satya langsung menggelengkan kepalanya, ia tak setuju dengan perkataan Tara yang menyebut dirinya bukan siapa-siap untuk Dion. Tara putri kandung Dion dan Dion membutuhkan kehadiran Tara.

"Shiela udah di sana, dia minta kamu untuk dateng juga," ujar Satya yang sama sekali tak bohong jika Shiela menginginkan Tara untuk datang ke sana.

Tara kembali terdiam cukup lama sampai akhirnya ia kembali menggelengkan kepalanya. Tara sudah bulat dengan keputusannya.

"Tara, sekali ini aja. Om Dion butuh kam—"

"Dia gak butuh aku dan dia bisa atasi masalahnya sendiri," cetus Tara yang langsung berbalik dan menaiki lagi tangga untuk kembali ke kamarnya.

Melihat itu Satya akhirnya menyerah, ia tak bisa lagi menahan emosinya dan ia mengatakan sesuatu yang membuat langkah kaki Tara seketika terhenti.

"Aku baru tahu ternyata kamu seegois dan sependendam ini, Tara."

Tara kembali terdiam di posisinya, ia menganggukkan kepalanya dengan tubuh yang masih memunggungi Satya dan kedua orang tua pria itu lalu Tara mengatakan, "Sekarang kamu udah tahu, kan? Bagus kalau kamu tahu sekarang jadi kamu bisa ambil keputusan buat gak terusin perjuangan kamu dan kamu gak harus nik—"

"Bukan itu maksud aku, Tara. Aku gak peduli sama itu semua dan aku tetep bakal tanggung jawab, tapi aku juga mau kamu setidaknya kasih kesempatan kedua untuk Om Dion. Om Dion berhak untuk mendapatkan itu dan aku gak mau kam—"

"Aku gak mau, Satya! Harus berapa kali aku bilang ke kamu kalau aku gak mau!"

Tara meninggikan suaranya, ia berbalik dengan mata yang ternyata sudah dipenuhi air mata dan Tara bersumpah jika saat ini ia merasa seperti tengah dihakimi oleh Satya juga kedua orang tua Satya.

"Kenapa sebegitu sulitnya untuk kamu bisa maafin orang lain, Ra? Bukan cuma Om Dion, aku ... bahkan sampai detik ini kamu juga belum mau maafin aku, apa yang salah?"

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang