*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"S-Sa ... Samudra ... Kamu—"
"Kenapa Tara nangis? Om apain Tara?"
Dion tentu tak menduga jika seseorang akan tiba-tiba saja datang dan melihat apa yang tengah ia lakukan di sana bersama Tara, sehingga Dion pun perlahan mengurai pelukannya dari tubuh Tara yang masih gemetar karena tangis wanita itu.
Dan kini Dion bisa melihat ada sorot menuntut, penasaran dan sedikit kilatan amarah di mata Samudra dan ia tahu keponakannya itu pasti salah paham.
Ya, siapa yang tak dibuat salah paham jika berada di posisi Samudra?
Ia bukan hanya melihat Tara menangis tapi juga melihat jika sebelumnya Dion mengecup puncak kepala Tara.
Dion baru saja bangkit dari sisi Tara saat tiba-tiba satu orang lainnya datang ke halaman belakang.
Sosok itu Satya dan ia datang dengan langkah cepat juga dengan mata yang tertuju hanya kepada Tara.
Melihat kedatangan Satya itu membuat Dion pada akhirnya menarik Samudra untuk pergi dari sana. Ia pikir ia hanya harus menjelaskan semua pada Samudra sedangkan untuk Satya, ia yakin Tara pasti lebih bisa untuk menjelaskan semua pada pria itu.
"Om ngapain Tara?" tanya Samudra untuk yang kesekian kalinya.
"Om gak apa-apain Tara, kita cuma lagi ngobrol, bicarain ... orang tuanya Tara."
Dion tak berniat menutupi apa pun, sehingga ia memilih mengatakan yang sejujurnya namun tentu ia tak akan mengatakan kemungkinan jika Tara merupakan putrinya.
Samudra tentu tak langsung percaya, ia menatap Dion dengan tatapan menyelidiknya bahkan sampai ia mendapati jika masih ada sisa air mata di mata Dion lalu ia teringat perkataan Yasmin yang tadi sempat membahas mengenai Tara.
Istrinya itu mengatakan ia mengasihani Tara karena mendengar jika Tara adalah anak yatim piatu sehingga pada akhirnya Samudra percaya pada perkataan Dion barusan karena apa yang dikatakan Yasmin sebelumnya.
Dion lalu melirik ke arah gazebo, ia menatap nanar ke arah itu dan Samudra menyadari tatapannya tersebut.
Samudra tentu tahu ada yang aneh dari Dion, omnya itu sebenarnya bukan sosok yang "hangat" Dion termasuk orang yang dingin dan tak pernah tertarik pada kehidupan orang lain yang bukan orang terdekatnya.
Bahkan Samudra yakin ia bahkan tak pernah melihat Dion menatap Shiela dengan tatapan begitu dalam seperti yang ditunjukkan omnya itu sekarang saat menatap Tara, apalagi sampai memberikan kecupan di puncak kepala dan kini walau Samudra mempercayai apa yang tadi Dion katakan, ia tetap memiliki kecurigaan lainnya kepada Dion.
"Lo kenapa? Om Dion apain lo?"
Di gazebo tadi, Satya menatap Tara dengan tatapan sendunya lalu perlahan membawa Tara ke dalam pelukannya saat wanita itu tak kunjung menjawab karena masih menangis.
"Om Dion jahatin lo?" tanya Satya dengan suara lirihnya dan kali ini ia akhirnya mendapat jawaban walau itu hanya berupa gelengan kepala, setidaknya hal tersebut membuat Satya cukup lega.
Satya akhirnya tak bertanya apa-apa lagi, ia membiarkan Tara menyelesaikan dulu tangisnya namun ia tetap berada di sana dan tak pernah sedetik pun mengendurkan pelukannya pada tubuh Tara.
Hampir lima belas menit diam di gazebo hanya dengan bertemankan suara isak tangis Tara, akhirnya isakan itu mulai memelan dan hampir berhenti sepenuhnya sehingga Satya perlahan mengurai pelukannya agar ia bisa menatap Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...