*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Tara, tunggu!"
Tara kembali mengabaikan panggilan Kafka yang sejak tadi berusaha menghentikannya untuk segera pergi dari sana, atau lebih tepatnya Tara ingin segera pergi untuk menghindari pria itu.
"Tara!" panggil Kafka lagi yang kini berhasil menghentikan Tara tepat sebelum Tara keluar dari pintu utama perusahaan.
"Apa sih, Kaf?" Tara langsung menghentak tangan Kafka, juga berbalik dan menatap pria itu dengan sorot mata yang tampak lelah.
"Kamu kenapa sih, Tar? Kenapa kamu udah hampir seminggu ini terus-terusan hindarin aku?"
Ya, Kafka berusaha menghengtikan Tara karena sejak perkelahiannya dengan Satya yang terjadi minggu sebelumnya, Tara benar-benar mencoba untuk menghindarinya.
"Aku bikin salah?" sambung Kafka yang masih menunjukkan raut polos yang membuat emosi Tara justru kian tersulut.
"Kamu ngerasa bikin salah?" sahut Tara yang justru mengutarakan sebuah pertanyaan yang membuat Kafka mengerutkan dahinya dan perlahan menggelengkan kepalanya.
"Ya udah, berarti kamu gak bikin salah!" sahut Tara yang lagi-lagi bicara dengan nada ketus dan kembali menghentak tangan Kafka dari tangannya.
"Tara, aku gak bodoh ya ... aku tahu kamu terus-terusan hindarin aku dan aku tahu kamu lakuin itu pasti bukan tanpa sebab. Apa tanpa aku sadari aku bikin kesalahan yang bikin kamu semarah ini?"
Tara menghela napas dalam, apa Kafka memang sebodoh ini sampai-sampai ia masih saja belum sadar jika Tara marah dan kecewa karena apa yang terjadi minggu lalu?
"Enggak, kamu gak bikin salah. Aku yang salah, Kaf ... dan tolong lepas tanganku!"
Untuk ke sekian kalinya Tara menghentak tangan Kafka yang terus saja mencoba mencekal pergelangan tangannya. Tara mulai tak nyaman karena kini mereka berdua menjadi pusat perhatian banyak orang, padahal gosip seminggu yang lalu saja belum mereda dan Tara yakin gosip lainnya akan segera beredar karena apa yang dilakukan Kafka sekarang.
Menyadari kegelisahan Tara membuat Kafka tersadar, ia yang awalnay hendak kembali meraih tangan Tara pun mengurungkan niatnya dan kembali menatap Tara lekat, perkataan Tara barusan sukses mengusiknya.
"Kamu bikin kesalahan apa?" tanya Kafka yang penasaran dengan maksud perkataan Tara.
Kini Tara terdiam, ia tampak berpikir dan tentu saja ia tengah bergelut dengan batinnya sendiri. Ia tak mungkin dengan lantang mengatakan jika kesalahannya adalah mencintai pria di hadapannya ini atau mengatakan jika ia terlalu bodoh karena menganggap mereka memiliki hubungan spesial.
"Tara, kesalahan apa yang kamu perbuat sampai kamu jauhin aku kayak gini?"
Kafka mencoba menekan Tara, ia sungguh sangat penasaran dan ia tak mungkin membiarkan Tara terus menghindarinya seperti ini. Rasanya sungguh sangat tak nyaman.
"Tara!"
Tara yang baru saja hendak berkata-kata langsung menoleh, begitu juga dengan Kafka yang kini langsung mengerutkan keningnya saat melihat sosok yang baru saja memanggil Tara.
"Ngapain lo di sin—"
"Yuk balik."
Sosok itu mengabaikan Kafka, ia bahkan menyela ucapan Kafka dan langsung terfokus pada Tara yang wajahnya menunjukkan raut kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romantizm***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...