*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
"Kita berhenti sebentar ya ... gue ... mau pipis."
Sebelah tangan Satya terulur, meraih tangan kanan Tara dan menggenggamnya agak erat yang sejujurnya ia lakukan untuk menenangkan wanita di sampingnya itu.
Sepuluh menit lalu, hujan tiba-tiba turun dan mulai semakin deras lalu Satya melihat jika Tara mulai gelisah.
Untungnya hujan turun sebelum mereka melintasi rest area dan kini rest area itu sudah semakin dekat sehingga Satya memilih untuk menghentikan mobilnya di sana untuk menunggu hujan reda juga untuk menenangkan Tara yang mungkit traumanya akan menyerang dengan begitu hebat mengingat mereka kini berada di ruas jalan yang menjadi tempat kecelakaan Tara dan mendiang ibunya dulu.
Satya melepas genggaman tangannya saat harus mengarahkan mobilnya masuk ke rest area lalu ia dengan cepat mencari tempat parkir untuk memberhentikan mobilnya.
"Pindah ke belakang ya," ajak Satya yang membuat Tara menatapnya dengan tatapan kebingungan dan mata yang sudah terlapisi air mata.
"Duduk di belakang," ujar Satya lagi yang kemudian keluar dengan membuat jaketnya sebagai pelindung dari air hujan.
Satya langsung membuka pintu penumpang, menunggu Tara keluar namun Tara tampak ragu karena rasa takutnya di saat hujan turun dengan semakin deras.
"Ayo," ucap Satya yang mencoba untuk meyakinkan Tara sehingga Tara memberanikan diri untuk turun dari sana dan ia dengan cepat memeluk Satya karena ketakutan.
Satya berusaha melindungi Tara dari guyuran hujan sehingga ia jadi agak kesulitan untuk bergerak saat Tara memeluknya namun ia dengan cepat berusaha membuka pintu penumpang belakang, lalu meminta Tara masuk dan disusul dengan ia yang juga masuk ke sana.
Satya menyimpan jaket basahnya di samping kakinya di saat Tara menunduk bahkan hampir meringkuk dengan tangan yang menutupi telinga dan punggung yang mulai bergetar karena ia mulai menangis.
Melihat itu Satya dengan cepat menarik Tara dan memeluk Tara dengan erat.
"Gak apa-apa ... kita udah berhenti ... gue di sini, lo gak sendirian," bisik Satya yang sungguh merasa miris dengan kondisi Tara ini.
Sungguh jika ia tak mengenal Tara, ia tak akan mungkin percaya jika wanita sekuat Tara harus menghadapi hal sulit seperti ini.
"Tenang ya, gue di sini," bisik Satya yang terus menenangkan Tara, sampai lebih dari satu jam kemudian akhirnya hujan pun mulai reda.
"Mau ke toilet dulu?" tanya Satya, perjalanan mereka masih cukup jauh dan ia rasa akan lebih baik jika mereka pergi dulu ke toilet seraya membeli beberapa makanan ringan untuk perbekalan di sisa perjalanan mereka.
Tara mengangguk lemah, lalu taka lama setelahnya ia dan Satya pun turun dari mobil.
Selama perjalanan menuju toilet dari mobil Satya, Tara terus menggenggam tangan Satya bahkan dengan tubuh yang benar-benar merapat kepada Satya dan ia berjalan dengan kepala yang menunduk.
Mereka pun berpisah di depan pintu toilet, Satya keluar dari toilet lebih dulu, sehingga ia memutuskan untuk pergi membeli air mineral dan juga camilan, saat Satya sedang membayar belanjaannya, ia melihat Tara keluar dari toilet dan wanita itu tampak celingukan yang pasti wanita itu tengah mencarinya.
"Udah selesai?"
Tara terlonjak kaget saat tiba-tiab mendengar pertanyaan itu, ia tengah melihat ke arah lain namun Satya tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...