40. Berat

1.1K 162 15
                                    


*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***


***

Lima hari kerja tanpa adanya Kafka tentu membuat pekerjaan Tara berlipat ganda, namun lima hari juga Satya bisa bebas mengunjunginya ke kantor tanpa ia harus merasa khawatir Satya dan Kafka akan kembali terlibat perkelahian.

Entah ini jadi kesialan atau justru jadi anugrah untuk Tara namun satu yang pasti, bersama Satya tanpa adanya Kafka dan Shiela di antara mereka selama beberapa hari ini membuat Tara lebih sering tersenyum daripada biasanya dan hal itu jelas disadari para pegawai di perusahaannya.

Seperti saat ini misalnya, para pegawai yang kebetulan berada di dalam lift yang sama dengan Tara tak bisa tak mencuri pandang ke arah salah satu atasan mereka tersebut karena mereka dibuat penasaran dengan apa yang Tara lihat di ponselnya sehingga wanita itu terus tersenyum lebar bahkan tanpa mempedulikan sekitar.

Tak sedikit yang menduga jika Tara mungkin tersenyum karena Satya dan dugaan mereka tampaknya terbukti saat suara ponsel Tara terdengar memenuhi lift itu lalu beberapa detik kemudian wanita itu menyebut nama Satya sebagai kata pertama yang terucap dari bibirnya.

"Satya, sebentar ini masih di lift, di lantai tiga," ujar Tara yang tak lama setelahnya langsung mematikan sambungan telponnya itu namun perkataan singkatnya barusan sudah berhasil membuat orang-orang yang berada di dalam lift itu mengulum senyum mereka.

Kasmaran tampak begitu kentara menguar dari sosok atasan mereka itu dan satu yang mereka sadari, sebelumnya mereka tak pernah melihat Tara sampai seperti itu saat berkaitan dengan Kafka.

Ya, ada beberapa pegawai yang sudah lama mengenal Tara dan Kafka juga ada yang baru mengenal mereka kurang dari dua tahun saja namun mereka semua bisa melihat perbedaan mencolok yang terjadi pada Tara setelah kedatangan Satya dalam hidupnya dan itu membuat mereka sadar jika sepertinya Kafka bukan lagi dunia Tara.

Suara dentingan lift yang disusul dengan terbukanya pintu lift membuat Tara kian melebarkan senyumannya, ia tampak seperti tak sabar untuk segera keluar dari dalam sana sehingga saat pintu lift sudah benar-benar terbuka ia langsung melangkah keluar seraya berpamitan kepada pegawai yang lain.

"Sorry, udah lama nunggu ya?" tanya Tara begitu ia mendapati Satya berdiri menunggunya tak jauh dari meja resepsionis.

Satya langsung menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Belum sepuluh menit," ujarnya yang tadinya hendak pergi ke lantai atas setelah sebelumnya pergi ke toilet yang ada di lantai satu itu.

Jika saja tadi Satya tak menelpon Tara, mungkin mereka tak akan bertemu di sana dan akan sama-sama kebingungan mencari satu sama lain di lantai yang berbeda.

"Yuk."

Tara langsung mengangguk dan kembali tersenyum saat sebelah tangannya kini berada dalam genggaman tangan Satya.

Melihat mereka berjalan berdua dengan tangan saling menggenggam membuat semua yang melihat kejadian itu merasa jika kini Tara dan Satya mungkin lupa pada segalanya karena dunia serasa milik mereka berdua.

"Gue rasanya gak akan bosen buat bilang kalau Mbak Tara sama Pak Satya itu cocok banget," ujar seorang karyawati begitu sosok Satya dan Tara hilang setelah melewati pintu utama.

"Jadi gak sabar pengen cepet dapet undangan gak sih?" timpal karyawati lain yang disetujui rekan-rekannya.

Ya, melihat Tara dan Satya yang lima hari belakangan kian lengket itu membuat orang-orang menjadi tak sabar untuk segera mendapat kabar baik mengenai hubungan keduanya namun tak satupun dari mereka yang tahu jika hingga detik ini status Tara dan Satya masih hanya berteman.

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang