32. Cara Untuk Meminta Maaf

1.5K 191 20
                                    



*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***



***

"Ra! Tara, tunggu sebentar!"

"Tara, lo mau marah sama gue sampai kapan sih, Tara? Ini udah mau sebulan lo diemin gue kayak gini!"

Satya langsung meraih pergelangan tangan Tara, ia berusaha menghentikan Tara yang hari ini lagi-lagi hendak menghindarinya.

Ya, sudah hampir sebulan ini Tara terus menghindari Satya, baik saat Satya menghampirinya ke tempat kerja atau saat liburan dan Satya datang ke apartemennya, Tara terus saja menghindari pria itu sampai Satya rasanya benar-benar sudah hampir gila karena tak tahu harus membujuk Tara seperti apa lagi agar wanita itu mau memaafkannya.

"Tara, gue udah ngerti kesalahan gue dan sepenuhnya paham sama apa yang waktu itu lo bilang. Gue juga udah minta maaf ke Ayah sama Bunda, jadi please berhenti hindarin gue kayak gini, Tara," sambung Satya yang kini berjalan di samping Tara dengan sebelah tangan yang terus memegangi pergelangan tangan kiri Tara.

"Tara ... gue harus gimana lagi biar lo mau maafin gue?" lanjut Satya yang bahkan sudah tak peduli jika lagi-lagi ia dan Tara menjadi tontonan karyawan perusahaan itu yang kebetulan baru saja keluar untuk pulang.

Sejak kejadian pemukulan Satya oleh Kafka, gosip-gosip mengenai kisah cinta segitiga Tara, Satya dan Kafka menjadi topik hangat di perusahaan itu sehingga setiap kali para karyawan melihat Satya datang ke sana, mereka sebisa mungkin pasti akan menyaksikan drama apa lagi yang akan terjadi di sana.

Tara akhirnya menghentikan langkah kakinya, lalu menghembuskan napas kasar dan akhirnya mau menatap Satya yang langsung menunjukkan sorot putus asa bercampur memohonnya.

"Maafin gue," ucap Satya yang kini bicara dengan suara pelan yang tampak begitu menunjukkan rasa sesalnya.

Tara kembali menghembuskan napas kasarnya, ia sudah mau bicara namun tiba-tiba saja suara seorang wanita terdengar memanggil nama Satya dan membuat ia juga Satya langsung menoleh ke arah suara.

Wajah Tara seketika kembali mengeras dan ia langsung menarik kasar tangannya yang masih ada dalam cekalan Satya.

Satya menoleh lagi kepada Tara dengan tatapan semakin menyesal saat wanita yang memanggilnya tengah berjalan mendekat ke tempat mereka.

"Sat, lagi apa di sini?" tanya wanita yang tak lain adalah sumber dari kemarahan Tara, Shiela.

Di belakang Shiela ada Kafka yang langsung menatap Tara sehingga Tara dengan cepat mengalihkan tatapannya seraya menyugar rambutnya ke belakang.

"Udah gak ada urusan kan? Gue mau balik," ujar Tara kepada Satya yang tentu saja tak terima dan ingin mencegah Tara untuk pergi karena mereka bahkan belum membicarakan apapun.

"Eh, tunggu, Tara," ujar Shiela menggantikan Satya yang sudah hampir menghentikan Tara.

"Jangan pergi dulu, gue mau kasih sesuatu," ujar Shiela lagi yang dengan cepat merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu yang membuat Tara dan Satya sama-sama termenung.

Undangan pernikahan.

"Pernikahan aku sama Kafka dipercepat, hari sabtu depan jangan lupa dateng ya," ujar Shiela lagi yang langsung menunjukkan senyum lebarnya, tentu ia bahagia karena pernikahannya dengan Kafka akan segera dilangsungkan tapi ia sama sekali tak menyadari jika tiga orang lain yang berada di sana bersamanya tak menunjukkan rasa bahagia yang sama.

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang