42. Mencari Kejelasan

1K 160 24
                                    


*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***


***

"Masih temen."

Hati Tara seketika mencelos saat mendengar jawaban Satya, ia langsung menatap Satya dengan tatapan terluka dan Kafka menyadari tatapan itu.

"Kalau masih temen berarti ada rencana jadi lebih dari temen dong ya," ujar Yasmin seraya tersenyum ke arah Tara dan itu menyadarkan Tara jika masih ada kesempatan untuknya, terlebih Satya akhirnya menatapnya lagi seraya tersenyum.

Senyum itu berbeda dari senyum-senyum Satya sebelumnya dan senyum penuh arti itu berhasil membuat Tara menerka-nerka banyak hal.

"Temen, tapi ke mana-mana kayaknya barengan terus ya? Sampai Tara-nya dibawa ke sini juga."

Perkataan sinis Shiela itu berhasil membuat mereka berempat beserta Kafka yang berada di dekat pemanggangan langsung menatapnya.

Tara mengernyitkan dahinya, ia hendak mengatakan bukankah Ayah Shiela yang mengundangnya untuk datang namun tangan kanannya yang tiba-tiba terasa digenggam membuat Tara mengurungkan niatnya dengan mata yang seketika menatap Satya.

"Ya Tara harus dibawa ke sini dong, Tara kan adiknya Kafka," ujar Satya yang membuat Samudra dan Yasmin langsung menatap Kafka dengan agak terkejut.

Sebelumnya mereka sudah beberapa kali bertemu Kafka dan bisa dibilang jadi dekat juga dengan Kafka namun mereka tak tahu jika Kafka memiliki adik terlebih kini adiknya dekat dengan sahabat yang telah ia khianati.

Sejak Satya menguji kesabarannya tempo hari, jujur saja Kafka jadi benci dengan kata adik yang ditujukkan kepada Tara namun apa yang baru saja Satya katakan ternyata bukan hanya berhasil membuat Kafka kesal saja, namun Shiela pun merasakan hal yang sama.

"Adik? Adik apanya? Dia cuma orang luar." Shiela mungkin bicara dengan suara pelan namun perkataannya terdengar begitu tajam sampai membuat situasi di sana menjadi canggung dengan Samudra dan Yasmin yang kebingungan dengan apa yang terjadi di sana.

Mereka berdua terasa menjadi yang paling asing di sana.

Yasmin lalu melirik Tara, ingin tahu bagaimana ekspresi Tara setelah mendengar perkataan Shiela yang menyakitkan itu dan ia dibuat tertegun saat tak melihat luka sedikitpun di raut wajah Tara.

Tara tampak tak ambil pusing dengan apa yang baru saja Shiela katakan dan itu membuat Yasmin tertarik pada Tara.

Jika Yasmin perhatikan lebih jauh, Tara sepertinya bukan wanita seperti Shiela dan biasanya ia bisa jauh lebih dekat dengan tipe yang seperti Tara.

"Oh! Tara sama Satya udah dateng?"

Suara nyaring Dion berhasil memecah kecanggungan. Dion yang tadi memang sedang berada di atas tampaknya tak mengetahui jika Satya dan Tara sudah datang dan sudah bergabung dengan yang lain di halaman belakang vila itu.

Tara tersenyum ramah seraya menganggukkan kepalanya lalu berkata, "Makasih udah undang aku juga, Om."

Dion tertegun saat melihat Tara tersenyum ke arahnya namun tak lama ia melihat Tara yang melirik ke arah Shiela dan ternyata Tara melakukan itu untuk memberitahu Shiela jika kehadirannya di sana bukan semata-mata karena Satya mengajaknya namun ia mendapat undangan langsung dari Ayah wanita itu.

"Tara, Sayang, bantu Mama sebentar," panggilan dari Lidya itu berhasil membuat Tara mengalihkan tatapannya dari Shiela, ia lalu berpamitan kepada Dion, Samudra dan Yasmin, lalu pergi mengikuti Lidya, Haura dan Mama Shiela yang sudah lebih dulu pergi memasuki vila.

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang