*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
Satya
[Tara, lo di mana sih?]
[Gue nungguin di depan kantor lo udah mau satu jam!]
Tara tersentak kaget saat ia membaca pesan yang dikirimkan Satya itu, ia bahkan sudah tak berada di kantor dan kini tengah berada di parkiran sebuah supermarket setelah sebelumnya ia pergi mengambil mobilnya di bengkel.
Tara akhrinya tak memiliki pilihan lain selain langsung menghubungi Satya dan tanpa menunggu lama, Satya di sebrang sana langsung mengangkat panggilan itu.
"Sat—"
"Lo kok gak keluar-keluar sih, Tara? Gue udah nunggu dari tadi." Satya langsung menyela perkataan Tara, membuat Tara terdiam dan jika saja Satya berada di sana ia pasti bisa melihat raut wajah Tara yang benar-benar menunjukkan raut tak enaknya.
"Satya ... gue udah balik dari jam tiga ... tadi am—"
"HAH? TERUS GUE DARI TADI NUNGGUIN APA DI SINI, Tara?!"
Tara mengernyitkan dahinya juga seketik menjauhkan ponselnya saat mendengar suara Satya yang meninggi, ia merasa bersalah namun sepersekian detik kemudian tersadar, ia tak seharusnya merasa bersalah karena ia sama sekali tak tahu Satya akan menjemputnya.
"Lo gak bilang mau ke kantor gue lagi, Satya! Lo gak bilang mau jemput gue!" sahut Tara dengan suaranya yang juga mulai meninggi.
Perasaan tak enaknya tadi kini seketika berubah menjadi kekesalan karena Satya lagi-lagi tanpa sadar melakukan kesalahan yang merugikan dirinya sendiri. Tara bahkan tak meminta pria itu untuk menjemputnya.
Di sebrang sana Satya seketika terdiam, ia lagi-lagi merutuki dirinya yang kembali melakukan hal-hal yang sama sekali tak terduga bahkan oleh dirinya sendiri.
"Gue gak ada ya minta lo jemput gue lagi. Lo kan tahu gue mau ambil mobil ke bengkel ... salah sendiri gak ngabarin dulu," gerutu Tara yang membuat Satya semakin menekuk wajahnya.
"Ya udah ...," ujar Satya dengan menggantungkan perkataannya namun tak kunjung menyambung perkataannya itu, membuat Tara di sebrang sana menghela napas dalam. Ia tampaknya harus memiliki kesabaran extra untuk menghadapi Satya.
"Ya udah, apa?" balas Tara yang mulai turun dari mobilnya.
"Ya udah ... gue mau balik aja," sahut Satya dengan nada kesal yang sangat kentara dan lagi-lagi membuat Tara menghela napas dalam-dalam.
"Lain kali kalau mau jemput tuh kabarin gue dulu. Jangan main asal dateng ... jadinya kayak gini kan ...."
Tara dan Satya sama-sama terdiam setelah perkataan Tara barusan itu.
Apa yang dikatakan Tara memang benar, apa yang Satya lakukan justru membuatnya kini merasa canggung dan juga membuatnya merasa sedikit bersalah.
Ya, hanya sedikit karena semua kembali lagi kepada kesalahan pria itu sendiri.
"Iya ... lain kali gue gak akan lupa buat ngabarin dulu sebelum dateng," sahut Satya setelah cukup lama mereka saling mendiami. "Ya udah, gue matiin telponnya ya ... gue mau balik," sambung Satya yang matanya tiba-tiba tertuju pada dua sosok yang baru saja keluar dari pintu utama bangunan gedung perkantoran di depannya.
"Ya udah, hati-hati di jalan ya, Sat ... maaf banget gue jadi ngerepotin lo," sahut Tara namun tak berhasil membuat Satya mengalihkan fokusnya.
"Iya ... gak apa-apa gue yang salah karena gak kasih tahu lo dulu, gue matiin ya," sahut Satya yang langsung mematikan sambungan telponnya dengan Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...