6. Kalau sama Tara ....

1.4K 214 21
                                    


*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***


***



"Setelah hampir seminggu gak pulang karena Shiela, sekarang kamu malah sama cewek lain. Bisa jelasin apa maksud ini semua, Satya?"

Tara diam-diam melirik Satya dan sosok yang kini duduk di hadapan mereka yang baru saja Tara ketahui sebagai ibunda pria yang duduk di sampingnya dengan wajah dinginnya itu.

Satya tampak seperti orang yang sedang marah dan Tara sepertinya tahu apa alasannya terlebih setelah ibunda Satya menyebut nama Shiela.

Tara pada akhirnya harus terjebak di sini setelah tadi tiba-tiba saja ibunda Satya muncul dan menegur mereka berdua dengan nada agak tingginya.

Tara kembali melirik Satya, dan ia bisa menebak jika Satya enggan menjawab pertanyaan bundanya, sama seperti beberapa pertanyaan lain yang juga berakhir diabakan oleh pria itu, sehingga Tara perlahan mengangkat kepalanya dan menatap ibunda Satya.

"Mm ... Ma-af, Tante ... perkenalkan, saya, Tara," ujar Tara dengan agak gugup dan sedikit takut.

Bagaimana ia tak takut jika sejak tadi wanita di hadapannya ini terus meliriknya dengan lirikan yang agak dingin dan terkesan menghakiminya.

"Saya ... temennya Kafka," ujar Tara yang berhasil membuat Satya langsung mendelik tajam.

Tara tak peduli dengan delikan tajam itu karena ia sadar ia harus mengatakan semua kepada ibunda Satya dan seperti apa yang Tara duga, wanita di hadapannya itu sangat terkejut.

"Saya jujur gak mau terlibat lebih jauh sama Anak Tante yang kurang waras ini ...," sambung Tara lagi yang rasa gugupnya seketika menguap hilang, ia bahkan tak peduli jika apa yang baru saja ia katakan membuat ibunda Satya tersinggung.

"Anak Tante ini ngajak saya kerja sama untuk pisahin Shie—Mmph—"

"Diem lo!"

Satya panik, sehingga ia langsung membekap mulut Tara juga membentak wanita itu yang baru saja akan membocorkan rencananya, namun sayangnya bundanya sudah bisa menebak kelanjutan perkataan Tara barusan sehingga ia kini menunjukkan raut kagetnya.

"Kamu mau pisahin Shiela sama Kafka?" tanya Haura—Ibunda Satya dengan nada tak percaya bercampur marah.

Satya kembali mengabaikan pertanyaan itu dan ia memilih menatap Tara dengan tatapan mengintimidasinya agar Tara menutup mulutnya.

"Satya ... kamu masih belum ngerti juga alasan Bunda sama Ayah setuju perjodohan itu dibatalin?" nada suara Haura kini terdengar jauh lebih lembut, membuat dua orang yang tengah saling menatap dengan tatapan tajam di hadapannya itu menoleh.

Satya perlahan menurunkan tangannya yang maish membekap mulut Tara, ia baru saja hendak mengutarakan kemarahannya lagi namun Tara menginterupsi.

"Aku udah bilang, pisahin Kafka sama Shiela cuma bakal bikin Shiela benci sama dia, Tante ... tapi Anak Tante ini gak bisa dibilangin. Udah buta karena cinta," sindir Tara yang benar-benar mengabaikan tatapan penuh peringatan dari Satya.

"Tara bener, Satya ... itu cuma bakal bikin Shiela benci sama kamu, dan lagi, Bunda sama Ayah itu gak mau kamu sakit hati juga kecewa kalau di dalam pernikahan kamu nanti baru kamu sadar kalau Shiela gak cinta kamu. Dia cintanya sama orang lain, Satya dan memaksakan untuk tetap menikahkan kalian cuma bakal bikin kalian sakit hati."

Satya masih diam, bukannya mendengarkan apa yang bundanya katakan dengan sungguh-sungguh, justru dalam hati ia mencemooh itu semua. Membatalkan perjodohan itu juga membuatnya sakit hati.

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang