*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***
***
PLAK!
"Setelah kita lakuin itu, apa sekarang gue jadi semurahan itu di mata lo, Sat?!"
Satya terkesiap kaget, bukan hanya karena tamparan yang Tara daratkan di pipinya saja, tapi juga karena apa yang baru saja Tara ucapkan kepadanya.
Bukan itu, Satya melakukan ini semua bukan karena ia memandang Tara murahan, tapi karena ia sudah tak tahu lagi cara apa yang harus ia lakukan agar Tara mau memaafkannya.
Segala cara rasanya sudah Satya lakukan namun Tara masih saja enggan memaafkannya sehingga ia benar-benar sudah tak tahu lagi harus melakukan apa selain melakukan hal barusan.
"Tara, gue sama sekali gak mandang lo murahan ... gue cuma gak tahu lagi apa yang harus gue lakuin buat bikin lo ngerti kalau gue nyesel dan gue mau lo maafin gue."
Satya dengan cepat meraih tangan Tara saat melihat Tara seperti hendak bangkit dari tempat duduknya.
Tara tahu ini mungkin terkesan berlebihan namun ia sangat tak suka dengan apa yang baru saja Satya lakukan.
Menciumnya di tempat umum seperti barusan tak akan membuat hatinya seketika jadi luluh, yang ada ia menjadi semakin marah karena memang ia merasa seperti ditatap murahan oleh Satya.
"Gue beneran gak tahu lagi harus ngapain, Tara. Coba kasih tahu gue, apa yang harus gue lakuin biar lo mau maafin gue? Apa gue harus sampai berlutut dulu di depan lo biar lo ngerti kalau gue beneran udah sangat menyesali keputusan gue?"
Satya menunjukkan tatapan sendunya dan Tara yang melihatnya tahu jika Satya mengatakan hal barusan dengan sungguh-sungguh.
"Gue beneran mikir kalau dengan lepasin Kafka, itu bukan cuma bikin Shiela senang aja tapi juga bisa bikin lo merasakan hal yang sama. Pernikahan mereka udah deket, apa lo tega buat bikin Kafka sama Shiela sedih karena mereka batal nikah kalau Kafka ditahan?"
Tara langsung terdiam, ia tak lagi berontak dan kini menunjukkan tatapan kosong seperti ia tengah memikirkan sesuatu.
"Tolong jangan bikin gue mikir kalau lo marah ke gue karena lo pengen pernikahan Kafka sama Shiela diundur dan gue hancurin harapan lo itu, Tara."
Tara seakan tersadar dengan sikapnya yang mungkin membingungkan Satya, namun ia berani bersumpah jika hal yang membuatnay sangat marah kepada Satya bukan karena apa yang baru saja Satya katakan.
Tara marah, kesal dan kecewa karena ia mulai terjebak dalam perasaannya sendiri, perasaannya untuk Satya yang timbul karena kedekatannya dengan Satya beberapa bulan ini, perasaan yang lagi-lagi rasanya sulit terucap terlebih Satya hingga detik ini masih belum memberi kejelasan akan nama hubungan di antara mereka.
Tara terlanjur melakukan kebodohan dengan memberikan kesuciannya untuk Satya padahal ia dan Satya sampai sekarang belum memiliki hubungan yang jelas lalu saat Satya tiba-tiba mencabut laporan Kafka dari kepolisian karena Shiela, jujur Tara kecewa.
Salahkah Tara jika merasa cemburu karena Satya masih mementingkan Shiela?
Ya, Tara pada akhirnya merasa marah dan kecewa karena rasa cemburunya dan rasa ingin menjadi egois akan Satya. Tara tak ingin Satya terlibat lagi dengan Shiela apalagi jika sampai hal itu membuat Satya kembali bersitegang dengan Kafka.
"Tara ... lo gak gitu, kan? Lo marah bukan karena lo pengen pernikahan Kafka sama Shiela ditunda, kan?"
Tara kembali tersadar, ia kembali bertatapan dengan Satya dan melihat sorot mata Satya yang kian menunjukkan rasa gelisahnya sampai perlahan Tara pun menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TARA SATYA
Romance***PUBLISH ULANG SEMENTARA*** ***ABAIKAN TYPO, BELUM REVISI*** Selama ini Tara hidup dengan mempercayai jika ia wanita spesial bagi Kafka, sosok yang sejak remaja mengisi hari-harinya dan membuatnya percaya jika di dunia ini masih ada banyak hal bai...