44. Kenyataan Yang Belum Terungkap

1.2K 173 27
                                    


*** PUBLISH ULANG SEMENTARA ***


***

"Temen, percaya kok percaya. Kita percaya kalian cuma temenan."

Samudra bicara seraya menaik-turunkan sebelah alisnya, selain itu ia juga menekankan kata "cuma teman" dalam perkataannya lalu ia melirik Satya dengan senyum samarnya.

"Tara udah ngode tuh, Sat ... Sampai kapan cuma mau dijadiin temen?" timpal Haura yang juga mengoda Satya setelah mendengar apa yang Tara katakan sebelumnya.

Bagi yang lain apa yang Tara katakan mungkin terdengar seperti kode atau seperti mencoba menggoda Satya karena tadi pria itu mengatakan jika Tara hanya temannya namun bagi Satya, apa yang Tara katakan adalah gambaran kekesalan wanita itu.

PRANG!

Semua orang terkesiap dan menyudahi kegiatan menggoda Tara dan Satya setelah mendengar suara barang jatuh itu.

Merek alangsung menatap Shiela dan satu persatu datang mendekati Shiela untuk melihat apa yang wanita itu jatuhkan.

"Ya ampun, Shiela, hati-hati dong. Ada yang luka gak?"

Tara yang masih duduk dengan menggendong Zara hanya bisa menatap ke arah di mna semua orang kini berkumpul, ia menatap ke sana dengan tatapan datarnya sedangkan di sampingnya Satya menatapnya lamat-lamat dengan tatapan yang tampak sendu.

"Lo marah?"

Satu pertanyaan dari Satya yang dikatakan dengan suara pelan itu berhasil menyadarkan Tara, matanya mungkin masih menatap ke arah semua orang tapi fokusnya sudah tak di sana.

"Tara ... gue—"

"Gue gak marah, cuma ... ngikutin permainan lo aja," sela Tara tanpa menatap Satya.

"Lo marah," ujar Satya lagi namun kali ini bukan pertanyaan melainkan pernyataan yang sangat ia yakini.

"Gue gak mar—"

"Lo marah."

Tara menghembuskan napas beratnya dan perlahan memutar wajahnya lalu menatap Satya dengan tatapan kesalnya.

"Gue bilang gue gak marah! Lo mau gue pukul?"

Tara perlahan mengangkat sebelah tangannya yang sebelumnya ia gunakan untuk menahan kepala Zara, ia mengepalkan tangannya di udara seakan siap untuk memukul Satya namun pukulan itu tak kunjung ia layangkan.

"Gue bilang gue lagi ikutin permainan lo! Biar lo puas! Cuma temen, kan?"

Tatapan mata Satya kian menyendu, walau Tara bicara dengan nada kesal seperti main-main namun ia tahu persis jika Tara benar-benar marah karena perkataannya tadi.

Di sisi lain, Shiela berusaha meyakinkan yang lain jika ia tak apa-apa, lalu dengan ujung mata ia melirik ke arah di mana tadi Tara dan Satya duduk.

Ia mendapati jika Satya ternyata tetap bertahan di sana dan tak datang untuk melihat kondisinya seperti apa yang lain lakukan.

Apa ini tanda jika Satya sudah tak peduli lagi kepadanya?

"Ada yang luka?" tanya Kafka yang menyadarkan Shiela sehingga wanita itu mengalihkan tatapannya dari Satya dan Tara.

"Gak ada," jawab Shiela dengan amat yakin bahkan tanpa harus melihat dulu kondisi kakinya di bawah sana.

Shiela yakin ia tak terluka karena ia tak menjatuhkan piring tadi di dekat kakinya.

TARA SATYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang