***
Ruby langsung terbangun saat mendengar sebuah telpon rumah berbunyi pagi-pagi buta. Ia bangkit dari tempat tidur dengan malas bahkan mata yang masih terpejam.
"Engg? Kenapa?" ucapnya lesu.
"Apa?!"
Seketika mata gadis itu terbuka lebar.
"Ibu kamu sudah tiada. Tanggal kematiannya, hari ini pada jam dua pagi. Saya harap kamu bisa tabah dan mengikhlaskan semuanya Ruby."
Mendengar itu ia bergegas pergi ke rumah sakit untuk memastikan bahwa yang diucapkan oleh dokter itu hanyalah kebohongan. Namun sayangnya saat memasuki ruangan dan dimana ibunya dirawat, dengan mata kepalanya sendiri Ruby melihat sang ibu telah ditutupi oleh kain putih dari ujung kaki hingga ujung kepala.
Kakinya seketika lemas saat itu juga, dadanya berdebar kencang. Dengan tangan gemetar Ruby membuka kain putih yang menutupi wajah ibunya yang pucat pasi.
"Ibu.... " Suara gadis malang itu bergetar. Rasa takut mulai menggerogoti hatinya.
"D-di dunia ini, aku cuma punya ibu. Dan sekarang... ibu udah pergi, artinya aku sendirian. Aku sebatang kara."
Ruby memandangi wajah ibunya untuk yang terakhir kali. "Ibu... makasih udah mau ngerawat Ruby yang bandel ini. Makasih udah sabar jaga aku."
Gadis nakal yang sering tersenyum itu kini menunjukkan sisi rapuhnya. Ruby merasa hatinya sangat tergores saat kehilangan orang yang paling berarti dalam hidupnya. Ia memeluk tubuh wanita yang terbujur kaku untuk terakhir kali, masih berharap sang ibu terbangun kembali meskipun kenyataannya takdir tidak dapat diubah sesuka hati.
***
"Woy!" Asep meneriaki Ruby yang sedang duduk di atas pohon durian. Pohon tinggi yang tidak semua orang bisa memanjatnya.
"Apa lagi sih!" sahut Ruby kesal.
Asep hanya bisa menghela nafas panjang. Ia mendongak, melihat Ruby yang dengan hikmat memakan buah curian di atas sana sambil membaca buku.
"Lu gak ada niatan tobat gitu? Gimana ekspresi emak lu pas liat kelakuan anaknya yang bukannya berubah malah lanjut part dua."
"Bacot, Sep. Jangan bawa-bawa ibu gue! Gue sambit juga mulut lu pake nih kulit duren," sahut Ruby membuat lelaki itu seketika terdiam.
Ruby lanjut memasukkan buah durian dengan biji-bijinya ke dalam mulut hingga pipinya kini terlihat membulat.
"Cuh... lagian gue heran, nama lu Areska kok dipanggilnya Asep ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...