Chapter 47

24.2K 2.4K 553
                                    

Sepatu putih memijak satu persatu anak tangga yang akan mengantarkannya ke depan pintu rooftop. Tangannya perlahan mendorong pintu tersebut. Udara dingin berbaur dengan debu-debu halus tak kasat mata beterbangan dan menyapu bersama oksigen terasa lembut menyentuh kulitnya. Ia menatap dari atas sana, perubahan langit yang kian menghitam.

Langkahnya tiba-tiba berhenti tak jauh dari pintu sambil menatap ke depan dengan was-was. "Kenapa lo minta gue ke sini?" Gadis itu bertanya kepada sosok yang berdiri di pembatas rooftop.

"Hmm ... kenapa, ya?"

"Jangan coba main-main sama gue!" Elva meremat kuat rok hitamnya. Perasaan takut dan cemas bercampur menjadi satu. Elva tau seharusnya ia tidak pergi ke sini sendirian.

"Lo beruntung, Elva. Lo liat semuanya tapi sampai saat ini gue gak bertindak apa-apa."

Angin berhembus meniup setiap helaian rambut gadis itu. Di tengah cuaca dingin itu, setetes keringat jatuh dari pelipisnya. Elva menelan ludah kasar. "Apa maksud lo?"

Elva membeku, melihat sang lawan bicara tiba-tiba memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat dan memperhatikannya cukup intens.

"Gue tau lo liat semuanya. Tapi lo tutup mulut. Itu bagus, artinya lo pintar dalam cara bertahan hidup. Tapi ... semakin ke sini rasanya gue semakin khawatir."

"G-gue ... gue gak pernah bongkar rahasia itu. L-lo liat sendiri, kan ... sampai saat ini gue diam dan seolah gak tau apapun. B-bahkan, dulu gue sengaja nuduh Ruby yang celakain Sonya demi melindungi identitas lo! Maaf. Gue janji gak bakal bilang ke siapapun. Gue bahkan pura-pura gak tau apapun saat sepupu gue berusaha mengungkap kebenarannya." Elva menggeleng ketakutan semakin melangkah mundur ketika orang itu mulai mendekatinya.

"Ya ... itu dia kesalahan pertama lo. Lo udah nuduh cewek gue sampai bikin dia jadi topik tranding dan di-bully sama anak-anak lain. Yang ke dua, lo berhubungan dengan dengan Axel. Apapun bentuk bisa terjadi nantinya, bukan?"

Baru saja ingin kabur tangannya langsung di tahan kemudian ditarik kasar hingga tubuh gadis itu terpental ke lantai dengan keras. Elva mulai terisak. Ia tau, sosok dihadapannya bukanlah orang waras dan memiliki belas kasih. Bukan hanya sekali Elva tak sengaja melihatnya membunuh maupun melakukan kekerasan. Saking takutnya, bahkan Elva tak berani berkutik apalagi mengungkap fakta yang mungkin hanya diketahui olehnya seorang.

Andai saja Tuhan memberikannya kesempatan untuk mengulang waktu. Elva tidak akan keluar dari kelas dan mengikuti langkah Sonya secara diam-diam dan berakhir mengetahui semuanya.

Tepat ketika masih jam pelajaran dimulai, saat itu Elva baru saja keluar dari kantin, ia berniat berbelok dari kelasnya tak ingin mengikuti pelajaran pada hari ini alias membolos.

Sebenarnya Elva berniat ingin ke atap sekolah tak cuma sendirian, namun mengajak Sonya—partner membolosnya— karena setiap pelajaran yang tidak mereka sukai, Sonya pasti yang terlebih dahulu menariknya ke luar kelas.

Ketika Elva ingin mencari keberadaan gadis itu, ia terlebih dahulu melihat Sonya berlari menaiki tangga. Elva pun berniat memanggil sang sahabat namun niatnya langsung ia urungkan ketika melihat seorang lelaki tiba-tiba muncul dan mengikuti Sonya dari belakang dengan jarak jauh.

"Dia?" Batin Elva.

Elva yang penasaran lantas mengikuti mereka berdua. Karena jarak ia dan kedua orang itu cukup jauh, Elva sengaja melebarkan langkahnya untuk menyusul. Saat sudah sampai di depan pintu, awalnya Elva mengintip dari celah dan melihat Sonya sedang berbincang-bincang dengan lelaki itu.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang