***
"Gue ketemu Ruby, di sekolah. Dia baik-baik aja."
"Hmm." Edward bersuara tanpa membuka mulutnya.
"Sekarang lo mau apa?" tanya Damian, menatap lelaki yang sedang duduk santai di sebelahnya memandang langit malam di balkon.
"Gue mau cari orang yang udah buat Senja menderita." Tangannya mengepal kuat. "Setelah Ruby cerita penderitaan dia di masa lalu, gue mulai sadar. Gue gak kenal dia sepenuhnya. Gue ... juga salah satu orang yang menghancurkan hidup dia," ucap Edward merendahkan suaranya.
Damian terdiam dalam posisinya sambil mendengarkan perkataan Edward.
"Awalnya gue pikir dia ninggalin gue gitu aja karena dia brengsek. Gue berpikir akan benci dia selama gue hidup. Tapi nyatanya gue gak bisa. Gue masih cinta sama dia. Bahkan saat pertama kali liat Ruby, gue bisa merasakan keberadaannya."
"Jangan sampai lo berpaling ke dia. Dia cewek gue," sela Damian melirik tajam.
"Gak akan. Meskipun gue sempat tertarik sama dia, gue gak tetap bisa. Dia anak Senja."
"Berarti anak lo juga?" Damian tiba-tiba merasa syok dengan fakta itu. Mengapa selama ini ia tidak sadar?
"Meskipun gue bersikeras buat bilang nggak. Faktanya emang gitu, kan? Tapi untuk sekarang dia hanyalah kesalahan gue di masa lalu. Gue gak bisa bilang kita ada hubungan darah, karena gue hidup di dunia yang berbeda."
Damian berdecih sinis. "Kesalahan? Semudah itu mulut lo bilang kalau Ruby cuma kesalahan. Gara-gara kesalahan itu selama ini dia juga hidup menderita! Karena kalian berdua. Selama ini, Ruby cuma perantara bagi lo dan Senja agar bisa bertemu. Dia mengorbankan banyak hal bahkan nyawanya karena lo! Lo masih mikir dia cuma kesalahan?" Suara lelaki itu tiba-tiba meninggi, sembari itu kekesalannya menjalar.
Edward langsung terdiam dan merenung.
"Gimana pun juga dia ada karena lo. Lo gak boleh kabur gitu aja dari kesalahan. Sejauh apapun lo berusaha sembunyi, dia bakal tetap menemukan lo. Bahkan saat kalian beda dunia sekalipun." Damian langsung masuk ke dalam merasa muak dengan pembicaraan mereka. Sampai kapan Edward mempertahankan ego-nya yang sebesar gunung itu? Damian tak habis pikir.
***
Di sisi lain seorang wanita mondar-mandir di depan pintu kamar sang anak. Embun mengetuk pintu untuk yang kesekian kalinya namun tak ada jawaban.
"Kenapa, Bun?" tanya Andre melihat wajah khawatir dari Istrinya.
"Ruby dari tadi sore gak ada keluar kamar. Apa dia sakit? Terus ada ini."
Jangan masuk! Pemilik kamar sedang badmood. Harap coba bujuk lain hari!
Sebuah kertas dengan tulisan itu tertempel di depan pintunya.
"Hmm... anak itu. Biarkan dia sendiri dulu. Mungkin Ruby harus menenangkan pikirannya," ucap sang suami berusaha menenangkan.
Sedangkan di dalam sana, seorang gadis terkapar tak berdaya di atas lantai dengan darah keluar dari hidungnya. Entah sudah berapa jam ia dalam posisi seperti itu.
Beberapa menit kemudian, ia mulai membuka kembali kedua matanya. Gadis itu meraba-raba seluruh tubuhnya kemudian berdiri tepat di hadapan cermin full body.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...