Chapter 15

69.2K 6.9K 929
                                    

Dua hari telah berlalu. Setelah kejadian tenggelam itu pula Ruby semakin dihadapkan dengan hal-hal misterius. Ingatan-ingatan aneh muncul secara tiba-tiba di kepalanya saat entah itu melewati suatu tempat, melakukan kegiatan sehari-hari, maupun hanya sekedar berdiam diri dan melamun.

Terkadang itu ingatan milii Ara, karena terdapat Alga dengan Ayra di dalamnya. Namun terkadang Ruby berada di situasi yang berbeda. Seperti orang lain selain Ara juga ada di dalam ingatan Ruby.

"Kepala lo udah baikan?" tanya Gavin melihat jidat Ruby yang diplester oleh kain kasa.

"Lo bener-bener gak ingat siapa?" Sudah 3 kali Eros mengulang pertanyaan itu.

Ruby menatap tajam lelaki itu, kemudian beralih ke arah Ayra yang menunduk. "Kalau gue bilang emang lo percaya?" tanya Ruby terkekeh sinis.

Mereka selalu menanyakan hal tersebut setiap hari kepadanya. Entah karena penasaran atau benar-benar peduli.

"Siapa?" Langit membuka suara.

Mereka semua menunggu jawaban dari gadis itu. Lain dengan Ayra yang nampak gelisah semenjak duduk di kursinya.

"Aku mau ke toilet dulu," ucap Ayra nampak tergesa-gesa.

"Tunggu!" Ruby menggenggam pergelangan tangannya. "Gue mau ngomong sama lo."

"K-kenapa?"

Ruby menarik Ayra keluar dari kantin dan membawanya ke koridor sepi di lantai paling atas, tempat yang jarang di lewati oleh siswa.

Setelah sampai Ruby langsung menghempaskan lengan gadis itu dengan ekspresi jijik. "Lo ... lo iblis!"

Ruby mendorong Ayra cukup kuat ke dinding dan meremas pundaknya. "Gue hampir mati dua kali gara-gara lo! Setelah ini lo pikir gue bakal diam aja?" ucapnya terkekeh sinis.

"A-apa maksud kamu? Aku gak ngerti!" sahut Ayra disertai ringisan.

"Lo kan yang waktu itu nutup muka gue pake bantal waktu di rumah sakit? Lo pikir gue bodoh?!"

Tangan Ruby terkepal kuat. "Lo tau gue belum mati, setelah itu mau bunuh gue untuk kedua kalinya?"

***

Malam itu Ruby tertidur lelap dengan tenang. Ditemani oleh Langit yang senantiasa menjaga sang adik sambil tiduran di sofa. Sebenarnya Langit tak bisa tidur karena terus mengkhawatirkan Ruby, ia hanya memejamkan matanya.

Hingga suara keroncongan dari perutnya membuat cowok itu terpaksa membuka matanya. Langit memutuskan untuk keluar sebentar membeli makanan di kantin rumah sakit.

Tepat Langit pergi, saat itu pula seseorang masuk ke dalam, dengan masker dan topi hitam yang melindungi setengah wajahnya. Sosok berpakaian serba hitam tersebut masuk tanpa sepengetahuan siapapun. Ia berjalan mendekati Ruby dan mengambil salah satu bantal sofa.

"Harusnya kamu mati. Kamu gak ditakdirkan ada di sini," ucapnya pelan, memandang bengis wajah polos Ruby yang sedang tertidur.

"Mati!" Tanpa ba-bi-bu ia langsung menekan bantal tersebut ke wajah gadis itu.

Ruby yang tadinya terlelap seketika kaget, terbangun syok saat tiba-tiba tak bisa bernafas.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang