"Kenapa dia ada di sini?" Ruby berjalan mendekat kedua orang itu dengan tatapan heran. Ia duduk di salah satu kursi tanpa mengalihkan perhatian pada laki-laki di sebelahnya.
"Ini cafe punya gue. Terserah gue dong," sahutnya.
Ruby agak kaget. Mengapa Elva mengajaknya kemari?
"Kita bisa kali ke tempat lain. Males banget gue di sini," cibir Ruby.
"Yaudah pergi aja sana!" sahut Axel dengan tatapan sinis.
"Wah ... bener-bener lo! Ngapain sih, kita harus ke sini? Kan banyak cafe yang masih buka." Ruby memutar bola matanya malas.
"Gue sengaja ngajak lo ke sini biar kita enak ngomongnya berdua. Gue males kalo harus nyewa cafe lain buat dikosongin," jawab Elva.
"Emangnya kita mau bicarain apa sih? Rahasia negara?" gumam Ruby pelan namun masih dapat didengar oleh kedua orang dihadapannya. "Emang kalo di sini gratis gitu?" tanya Ruby.
"Iya, lah! Kan Axel sepupu gue. Lagipula kita juga ada urusan di sini. Jadi sekalian aja."
"Lo berdua keluarga?" Ruby menatap cengo ke arah mereka berdua ketika mendengar fakta yang baru ia ketahui itu. "Gak heran sih gue," ucapnya pelan.
"Kenapa lo?" tanya Elva bingung melihat ekspresi terkejut Ruby.
"Gak papa. Gue baru ingat," sahut Ruby menganggukkan kepalanya.
Ara gak ngasih banyak ingatan tentang hubungan mereka ke gue. Kalo aja gue gak ke sini, mungkin gue gak bakal pernah tau. Batinnya.
"Ekhm! Jadi lo berdua ngapain ngajak gue ke sini? Oh iya, lo mau ngasih tau sesuatu tentang Damian, kan? Cepet! gue gak punya banyak waktu." Ruby mengetukkan jarinya di atas meja menunggu penjelasan Elva.
"Sebenarnya, Damian sama Jessica sepupu. Sama kayak gue dan Axel. Mereka gak ada hubungan apa-apa. Tapi bisa lo lihat, Jessica emang suka sama Damian dari dulu," ungkap Elva.
"Tau dari mana?" tanya Ruby agak curiga.
"Apa yang gak bisa seorang gue tau? Gue bisa tau semuanya," jawab Elva dengan wajah angkuh membuat Ruby mengangkat satu sudut bibirnya sinis.
Entah mengapa ia masih menaruh tak suka kepada Elva. Begitu pula sebaliknya, Elva juga tak sepenuhnya ingin bersikap sesantai ini, namun ada hal lain yang harus ia tuju dan terpaksa ingin meminta bantuan Ruby untuk rencananya.
"Wah! Bener-bener tuh cewek. Berani banget dia nipu gue dan semua orang di sekolah. Tapi syukur deh, artinya dia gak bisa ganggu gue sama Damian lagi."
Baru saja ingin berniat pergi, mata Ruby tak sengaja tertuju pada berkas-berkas dan foto aneh di atas meja. Awalnya Ruby tidak kepo, namun tiba-tiba ia melihat ada satu hal yang langsung mampu mengalihkan perhatiannya.
"Ini ... kenapa ada foto ini?" Ruby menunjuk sebuah gambar kepala mayat yang di dahinya terdapat dengan jelas inisial 'E' di sana. Melihat itu ia jadi teringat dengan sebuah kejadian yang membuat Ruby mengalami trauma berat.
"Ini foto dari TKP pembunuhan berantai yang terjadi di Gang Cendra, di jalan Cendrawasih. Kurang lebih hampir 2 bulan, tapi pembunuhnya sama sekali belum tertangkap bahkan gak ada bukti sama sekali yang di dapat. Satu-satunya petunjuk hanyalah yaitu dari korban sendiri." Axel mengambil foto tersebut kemudian memberikannya kepada Ruby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...