***
"Ruby?"Teman-teman Langit sontak saling menatap satu sama lain dengan alis bertaut, hingga beberapa detik kemudian, mereka langsung menutup mulutnya syok ketika menyadari siapa gadis berpakaian kurang bahan di hadapan mereka.
"Ruby?"
"Langit salah orang, kan? Mana mungkin itu dia."
"Tapi kok mirip."
Mereka saling berbisik satu sama lain. Sedangkan Langit, ia masih mematung dalam posisinya.
Senja menyeringai tipis. Ia melangkah semakin dekat dan menyisakan beberapa inci jarak antara tubuh mereka. "Kenapa dengan ekspresi wajah lo? Lo gak seneng adek lo di sini?"
"Ngapain lo di sini dengan pakaian itu? Bukannya gue udah larang lo datang." Emosi Langit tiba-tiba berada di puncak ubun-ubunnya. Tatapan tajam Langit mampu menghunus netra coklat di hadapannya. Apa lagi ketika melihat cara berpakaian gadis itu.
"Ngapain gue ke sini? Salah satunya buat minum," sahutnya kemudian duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya, mengambil gelas dan mengisinya dengan wine dari dalam botol.
Langit terus menatap Ruby yang sedang duduk santai seolah tidak terjadi apapun. Ia membuang nafas kasar lalu ikut duduk di sebelah gadis itu.
"Lang, ini kenapa?" tanya Eros setengah berbisik.
Teman-temannya yang masih belum bisa mencerna apa yang terjadi hanya diam sambil memperhatikan Ruby dengan tatapan tak terbaca. Begitu pula dengan Langit, ia masih saja bungkam.
"Alihin pandangan lo semua kalau gak mau gue congkel mata kalian satu-persatu!" gertak Langit saat melihat berbagai macam pandangan di sana ditujukan kepada gadis di sebelahnya. Langit membuka jaket miliknya menyisakan kaus putih, dan menutupi kaki Ruby yang terekspos dengan benda itu. "Jaket lo," ucapnya sambil menunjuk ke arah Vino.
"Hmm? Kenapa sama jaket gue?"
"Siniin!"
Tanpa basa-basi Vino langsung menyerahkan jaketnya kepada Langit. Langit pun segera menutupi tubuh Ruby membuat tatapan tajam langsung ia dapatkan.
"Lo pikir gue orang gila pake dua jaket kayak gini?!" Senja langsung membuang kedua jaket yang melindungi tubuhnya dengan kasar.
"Ayok pulang sekarang."
"Gak mau!"
"Ruby!"
"Gue bukan Ruby," sahutnya pelan hampir menyerupai bisikan. Namun Langit tau jelas apa yang ia katakan barusan. Senja tersenyum miring kemudian kembali berucap, "Gue mau habisin waktu gue buat seneng-seneng malam ini. Jangan ganggu kalau gak mau tubuh ini gue ambil alih selamanya."
"Lo ... jangan macam-macam sama Ruby! Gue gak segan buat lakuin apapun," sahut Langit penuh penekanan.
"Lakuin aja. Lo pikir gue takut?"
"Ruby?!"
Senja kembali mengangkat pandangannya saat mendengar seseorang memanggil nama itu.
"Lo Ruby? Ngapain lo ke sini?" Damian menatap gadis itu dari ujung kaki hingga ujung kepala dengan mata berkobar api amarah. "Kenapa sama pakaian lo?"
"Langit! Lo gak larang adek lo sendiri pakai baju kayak gitu? Lo mau gue bogem sekarang?!" Damian menarik kasar kerah baju miliknya. Hampir saja satu pukulan mengenai pipi mulus lelaki itu, gadis di sebelahnya tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arah kumpulan orang yang sedang berjoget di bawah lampu disko.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...