Chapter 14

67.9K 7K 70
                                    

"Biar gue aja."

Alga menatap tajam Damian yang tiba-tiba saja muncul di antara mereka. Mengapa cowok cuek seperti dia seketika peduli kepada hal yang bukan urusannya.

"Lo?" Eros menatap heran, "kenapa lo di sini?"

"Minggir!" Damian memandang datar wajah orang-orang dihadapannya.

"Gak usah ikut campur!" sentak Alga saat Damian hendak mengambil alih Ruby dari pelukannya.

"Gue gak punya banyak waktu."

"Apa urusan lo?!" sahut Alga tak santai.

"Biarin aja, Al. Dari pada Ruby kenapa-napa," sahut Vino mulai khawatir saat melihat wajah pucat Ruby.

Mereka berdua saling menatap penuh permusuhan. Alga dan Damian, dua rival yang tak pernah damai.

Alga tak menyukai Damian karena menganggap lelaki itu sebagai penghambat dan penghalang prestasinya. Di kelas maupun di luar, Damian selalu mengimbanginya dalam semua hal bahkan mengalahkannya.

Begitu pula dengan Damian. Anak ambisius seperti mereka selalu merasa tertantang saat ada yang berhasil mengimbanginya. Tak heran jika kedua pentolan sekolah itu saling melemparkan tatapan permusuhan.

Damian berjongkok di hadapan Ruby yang masih tak sadarkan diri. Ia membuka jas yang dipakainya kemudian menyelimuti gadis itu.

Pertama-tama membaringkan Ruby secata terlentang kemudian mengecek pernapasannya. Damian mendekatkan telinganya ke mulut dan hidung Ruby untuk merasakan adanya udara berhembus. Damian memeriksa denyut nadi yang mulai melemah. Nampaknya Ruby tenggelam dalam waktu yang cukup lama.

"Lo mau ngapain?" Alga menghempaskan tangan Damian yang hendak memegang dada gadis itu.

"Kalo gak ngerti lebih baik lo diem!" sahut Damian geram terus diganggu.

Damian memposisikan telapak tangan kirinya di bawah tangan kanan kemudian ia letakkan di dada tengah. Menekan sedalam 1-2 cm lalu melakukan kompresi sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 kali kompresi per menit.

Sepanjang melakukan CPR Damian terus mencermati gadis itu. Namun nampaknya sama sekali tak ada reaksi.

Hidung Ruby di jepit oleh Damian. Ia menempatkan bibirnya dalam posisi terkatup di atas mulut Ruby. Damian mengambil nafas seperti biasa lalu meniupkan udara secara perlahan ke dalam mulut gadis itu.

"Uhukk!! Uhukk!!" Ruby memuntahkan air dari mulutnya.

Damian perlahan mengangkat kepala Ruby ke atas pangkuannya lalu miringkan kepala gadis itu agar tidak tersedak.


Ruby melenguh pelan. Ia membuka sedikit matanya yang berat, dengan pandangan buram Ruby dapat melihat sosok lelaki dihadapannya meski tak terlalu jelas.

"Ruby, lo gak papa?"

"Ada yang sakit gak?"

"Ini berapa?" Vino menunjukkan dua jarinya.

"Kok dia gak jawab sih?" tanya Eros.

Sedangkan Ruby yang masih setengah sadar hanya bisa mendengar perkataan mereka, namun tak memiliki tenaga untuk menjawabnya.

Gue ... di mana? Batinnya.

"Udah kan? Sekarang giliran lo bawa dia ke rumah sakit." Damian memindahkan Ruby dari pangkuannya ke atas lantai saat mengetahui gadis itu telah baik-baik saja.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang