Chapter 19

58.6K 6.1K 250
                                    

"Gue gak punya tenaga buat mikir." Ruby menatap ke arah papan tulis, terdapat angka-angka yang membuat kepalanya seketika berdenyut.

Sebenarnya Ruby tidak bodoh, hanya saja ia sangat pemalas. Pisau jika di asah akan semakin tajam, otak Ruby diibaratkan seperti pisau yang tidak pernah diasah sama sekali. Kerjaannya di kelas hanya tidur atau menatap ke luar jendela. Lebih memilih memikirkan alur hidupnya dari pada pelajaran di kelas.

"Dua Minggu lagi kita akan mengadakan ulang kenaikan kelas, anak-anak. Siapkan buku pelajaran untuk dipelajari, jangan sampai saya melihat di mapel saya ada nilai yang di bawah KKM. Mengerti?!"

Semua murid menyahut perkataan sang guru, kecuali Ruby. Gadis itu malah mengangkat tangan membuat semua orang di kelas menatap ke arahnya.

"Iya, ada apa, Ruby?"

"Bu, saya izin ke uks, ya? Gak enak badan," ucapnya.

Wanita di depan papan tulis itu geleng-geleng kepala melihat tingkah anak muridnya yang satu ini. "Kamu terlalu sering keluar setiap saya yang mengajar, minggu kemaren kamu membolos. Mau jadi apa jika sifat kamu terus seperti ini?"

"Maaf, Bu. Kemaren saya lagi gak mood belajar."

"Kamu—"

Satu kelas tertawa saat mendengar jawaban Ruby.

"Diam!" Ibu guru yang mengajar Fisika tersebut memukulkan penggaris panjangnya ke atas meja Ruby. Semua siswa sontak diam.

"Kamu mau saya kasih nilai nol? Biar kamu gak naik kelas," ancamnya tak main-main.

"Gak mungkin, Bu. Orang saya di mapel lain rata-rata dapet seratus."

"Jangan ngaco kamu!"

Ruby berdecak sebal. Yang dikatakannya padahal benar. Dulu nilai raport nya termasuk paling tinggi di kelas, waktu Ruby masih berada di tubuh aslinya.

"Jika nilai fisika kamu di bawah KKM, siap-siap tinggal kelas. Ingat! Saya wali kelas kamu."

"Loh, gak bisa gitu, Bu. Kan bakat orang beda-beda. Masa di tuntut sempurna terus," jawab Ruby.

"Jika saja adab kamu baik, saya pasti tidak akan menuntut nilai kamu. Tapi attitude kamu buruk sekali, waktu saya menerangkan bahkan kamu tidak mendengarkan saya. Jadi nilai apa yang akan saya tulis di raport?"

Ruby menggaruk kepala sambil mendengar ocehan itu. Ia tak marah sama sekali ataupun tersinggung karena semua yang dikatakan oleh guru tersebut ada benarnya. Ruby kurang mendengarkan waktu di kelas, ia malah bermalas-malasan dan tertidur

"Yaudah, maafin saya, Bu."

"Saya maafkan kamu kali ini. Jangan ulangi perbuatan kamu barusan."

Ruby mengangguk saja kemudian kembali duduk di kursinya.

"Oh, iya. Lepasin hoodie kamu! Jelas kan, peraturan di kelas saya, dilarang menggunakan jaket."

"Tapi, Bu ... tangan saya ada luka belum di obati. Kalo di buka ntar yang liat ngerasa terganggu," jawab Ruby.

"Huh ... yasudah. Saya izinkan ke uks," sahut terpaksa dari wanita itu.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang