Chapter 39

27.3K 2.6K 434
                                    

Ramainya kantin tak membuat ketiga orang gadis yang sedang asik menggosip itu berhenti dengan kegiatan mereka. Baginya, tidak afdhol jika makan tidak diselingi dengan membicarakan hidup orang.

"Lo liat kan, cewek sok cantik itu gak sekolah hari ini?" seru Rea, gadis berambut pendek itu tertawa terbahak-bahak diikuti oleh kedua temannya.

"Siapa suruh nyari masalah sama kita," sahut Gisel.

"Sekarang saingan lo buat dapetin Damian berkurang satu. Cepet, gih! Samperin orangnya," Difa menyeletuk sambil menunjuk ke arah sosok lelaki yang sedang duduk sendirian di depan mereka.

Mereka bertiga tak lain dan tak bukan adalah orang-orang yang menyebabkan Ruby diskors hari ini. Tak sia-sia usaha mereka untuk menyingkirkan gadis itu.

Tak menyia-nyiakan waktu, Rea mengambil nampan makanannya dan minuman kaleng yang sudah ia beli, kemudian berjalan ke arah Damian dengan percaya diri.

Gadis itu duduk di samping Damian kemudian mulai menyapa, "Hai! Gue boleh duduk di sini?"

Damian tak melirik sedikit pun, bahkan ia seakan tak mendengar dan tetap fokus menyantap makanannya.

"Gue anggap diam lo artinya iya," ucap Rea tersenyum tipis. Ia mengaduk makanan yang ada di piring sambil memikirkan topik yang ingin ia ucapkan kepada Damian. "Ekhm! Kayaknya hari ini tenang banget ya?" ucapnya mulai membuka suara kembali.

Sedangkan dari kejauhan, Difa dan Gisel memperhatikan kedua orang itu, ingin tau sejauh apa kemampuan Rea untuk memikat hati lelaki dingin itu.

"Mungkin karena gak ada cewek aneh itu. Gimana perasaan lo? Gue sih kasihan ya, sama lo, tiap hari digangguin sama dia. Pasti lo risih."

"Hmm," Damian menyahut tanpa mengalihkan pandangannya.

"Biasa lah, cewek murah. Kalo dia tau lo risih pasti dia menjauh, tapi nyatanya dia gak tau diri. Dia diskors juga karena gue, lho. Lagian dikatain murahan malah gak terima, seharusnya dia sadar diri gak sih?" Rea tersenyum sinis, mengingat kelakuan gadis itu entah mengapa membuatnya muak. "Dia cuma cewek caper yang berusaha dapetin hati lo," ucapnya lagi.

Damian melirik ke arah gadis yang tak dikenalnya itu dengan wajah datar.

"Dulu dia ngejar Alga, sekarang elo. Lo rasa, pantes gak sih cewek kayak dia bersanding sama cowok seganteng lo? Gue pikir sih, lo jauh-jauh aja dari dia."

"Lo siapa?" tanya Damian menatap dingin.

"E-heh?? Gue gak bermaksud ngatur-ngatur lo kok. Gue cuma ngasih saran," sahut Rea sambil menggeleng pelan.

"Lo siapa yang seenaknya ngomongin kejelekan orang lain?" Damian berdiri dari tempatnya. "Lo tau apa yang lebih buruk dari orang yang lo bicarakan? Yaitu adalah diri lo sendiri," sarkasnya menusuk.

Rea mematung melihat Damian pergi begitu saja tanpa mau menatap ke arahnya. Kedua temannya yang duduk tak jauh lantas langsung menghampirinya.

"Sial! Kok jadi gini sih?!" Seharusnya Damian setuju dengan perkataannya. Tapi sekarang, mengapa lelaki itu nampak tak suka saat ia menjelekkan Ruby di hadapannya?

"Kenapa, Re?"

"Lo ditolak?"

"Bukan cuma ditolak. Tapi Damian terang-terangan malah belain cewek gatel itu. Ah!! Sebel!" Rea menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang