***
"Ganti baju lo." Selembar sweater ia lemparkan kepada gadis yang sedang melamun dan meringkuk di atas sofa.
Masih dengan pakaiannya yang penuh darah, Ruby mencoba menetralkan nafas dan isi pikirannya. Ia masih terlalu syok dengan apa yang baru saja terjadi.
Ruby menatap sosok laki-laki yang berdiri di hadapannya kemudian mengambil sweater itu. "Makasih," ucap Ruby pelan bahkan hampir menyerupai bisikan.
"Ternyata lo juga bisa bilang makasih," cibirnya.
"Ed, g-gue ... bukan gue yang lakuin itu .... " Ruby kembali terisak. Rasa takut terus menggerayangi isi pikirannya. "G-gue, gue bahkan gak tau kenapa bisa ada di sana. Gue tau lo pasti gak percaya ini, tapi gue baru sadar, setelah beberapa hari ..." lanjutnya terbata-bata.
"Syutt ... gue ngerti. Sekarang ganti baju lo," sahut Edward.
"Lo gak bakal laporin gue, kan?"
Edward menatap gadis dengan mata sembab itu, bibirnya bergetar serta hidung yang terlihat merah. Ia kembali menghela nafas, tak percaya akan melakukan ini lagi seumur hidupnya. "Semuanya gue yang bakal beresin. Sekarang bersihin tubuh lo. Liat, sofa gue kotor," ucap Edward melihat sofa miliknya terdapat bercak merah karena baju Ruby.
Bukannya tenang Ruby malah kembali menangis sejadi-jadinya. "Abang ... huaa ... Ruby pengen Bang Langit .... " Ruby langsung teringat Langit, jika ia ada di sini pasti lelaki itu akan langsung memberikan pelukan hangat dan menenangkannya.
Edward semakin panik. Ia tak tau bagaimana harus menenangkan gadis itu. "Udah, nanti gue kasih tau Abang lo kalau lo ada di sini."
"Jangan! N-nanti dia marah ... nanti dia nanya-nanya kenapa gue ada di sini dan tau kalau gue habis bunuh orang, huaaa .... "
Edward menutup kedua telinganya sambil membuang nafas kasar. Karena kesal ia langsung mengangkat Ruby dari atas sofa dan menggendongnya apa bridal style masuk ke dalam kamar mandi. "Lo udah hampir satu jam di sini dan baju lo kotor. Cepet mandi! Gue gak suka nampung gembel di dalam kamar."
Ruby yang terkejut bukan main lantas menatap Edward tajam. Ia langsung menutup pintu dengan kasar lantaran kesal. Namun beberapa menit kemudian, terdengar lagi suara tangisan dari dalam. Edward hanya bisa sabar melihat gadis itu terus menyusahkannya.
Beberapa menit kemudian, Ruby keluar menggunakan sweater dan celana panjang kebesaran milik lelaki itu. Ruby menatap pantulan dirinya di depan cermin full body kemudian mengernyit aneh. "Jelek," gumamnya.
Ruby kembali menatap ke arah Edward yang baru saja kembali masuk ke dalam kamar, membawakan secangkir teh hangat dan makanan kemudian menaruhnya di atas meja di depan sofa. Ruby langsung menghampiri Edward lalu duduk di sampingnya. "Buat gue kan?"
"Hmm."
Tanpa malu Ruby langsung mengambilnya dan menghabiskan semuanya tanpa tersisa. Ia seperti orang tidak makan berhari-hari. Namun Ruby tidak perduli dengan tanggapan orang di sebelahnya. "Kenapa lo liatin kayak gitu?" tanya Ruby seraya melirik tajam.
"Lo bisa cerita apa yang sudah terjadi?"
"Semuanya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...