***
Malam yang tenang. Lampu sengaja dimatikan oleh pemilik kamar, diganti dengan hangatnya cahaya lilin.
Pecinta kegelapan dan kesunyian. Itulah dirinya, itulah cara mengekspresikan karakternya. Baginya dua hal itu adalah teman sejati yang membuat ia merasa aman.
Senja menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia melihat sosok anak kecil di sana, sedang menatapnya dengan datar. Wajah anak itu penuh luka dan darah. Namun ketika ia mengalihkan pandangannya, sedetik kemudian bayangan itu menghilang.
Ia belum sembuh. Senja kecil masih terluka dan selalu tersiksa jika dendamnya tidak terbalaskan.
Mengingat sekelebat bayangan di masa lalu membuat tangan itu kembali mengepal. Tiba-tiba saja keluar cairan merah dari hidungnya cukup banyak hingga menetes ke lantai. Senja langsung mengambil tisu di atas meja rias dan menyumpal hidungnya dengan benda itu.
"Sh*t!" Gadis itu mengumpat di dalam hati.
Senja berjalan ke kamar mandi membawa pakaiannya. Ia mengganti baju tidurnya dengan hoodie hitam dan celana cargo dengan warna senada.
Gadis itu keluar dari rumah tanpa sepengetahuan siapapun. Langkahnya tanpa ragu berjalan di tengah udara yang dingin membawa titik embun pergi menerpa bumi. Keheningan terasa mencekik. Tak ada perasaan takut sama sekali meskipun hanya ada dirinya di jalan itu.
Meskipun terlihat santai, mata tajamnya tak henti melirik sekitar. Hingga terlihat tak jauh dari hadapannya, dua orang pria bertubuh besar sedang menyeret paksa seorang gadis berpakaian mini ke tempat yang sunyi.
Suara jeritan itu membuat Senja merasa terganggu. Namun seketika seringai tipis tercetak di bibirnya. Sudah lama ia tak bermain-main. Bagaimana jika ia lakukan sekarang selagi mangsa ada di depan mata?
Ia menghampiri mereka dengan langkah lebar dan menendang salah satu pria yang menahan pergelangan wanita itu. Mereka sontak terkejut dengan kedatangannya.
"Bangs*t! Berani-beraninya lo nendang gue!" bentak pria berkepala botak yang kini sudah tersungkur di depannya.
"T-tolong ... tolong aku. Mereka mau bunuh aku, mereka mau merkosa aku," katanya setengah merintih dengan tatapan memohon penuh ketakutan. Tubuhnya bergetar hebat, tubuhnya sudah dipenuhi oleh lebam-lebam dan luka kecil.
Senja tak menghiraukannya, karena pada awalnya ia sama sekali tidak berniat menolong gadis itu. Ia hanya menginginkan mangsa untuk memuaskan hasratnya. Beruntungnya, Senja tidak pernah berniat membunuh seorang perempuan.
"Diam! Dan lo ... lo gak usah ikut campur kalau gak mau kena akibatnya!"
Senja membuka tudung hoodinya memperlihatkan wajah cantiknya di bawah sinar rembulan. Meskipun terlihat remang-remang, namun mereka bisa mengenali bahwa orang yang sedang mereka hadapi saat ini adalah seorang gadis kecil.
"Cewek ternyata?" Pria itu tertawa remeh.
"Bisa, nih. Lo satu, gue satu."
"Gue mau dia."
"Enak aja! Bagi-bagi lah."
Senja menatap mereka dengan ekspresi datar. Ia mengisyaratkan kepada wanita di dihadapannya untuk kabur selagi dua pria itu sedang lengah. Namun dengan bodohnya ia malah menangis dan menggeleng, seolah takut untuk meninggalkan Senja sendirian di sini dengan pria-pria bejad itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...