Malam itu gemuruh hujan semakin mencekam. Angin malam berhembus menyapu gorden membuat lilin yang baru dinyalakan kembali padam.
Helaan nafas kembali terdengar. Pemilik kamar langsung menutup seluruh jendela dan kembali menyalakan api kecil itu.
Gelap maupun kantuk tak membuatnya berhenti untuk belajar. Benda yang bertengger di hidungnya menjadi saksi mata lelah itu terus menelusuri setiap kata di dalam buku.
"Hah ... seharusnya gue gak usah bantuin abang ngerjain tugasnya," ucapnya setengah menyesal. Karena harus mengerjakan tugas milik orang lain, sekarang ia harus kembali begadang demi menguasai materi yang diberikan guru di sekolah.
Suara decitan pintu tiba-tiba terdengar, membuat sosok laki-laki yang sedang duduk di meja belajar itu kini menoleh. Menampakkan seorang gadis bersurai pendek dengan gaun putih selutut sedang berdiri di sana dengan bercak merah di bajunya.
"Senja? Kenapa lo ada di sini? Mana Bang Awan?" tanyanya kaget.
"Langit .... " Gadis itu berjalan mendekatinya.
"Lebih baik sekarang lo keluar. Jangan sampai terjadi kesalahpahaman diantara kita. Kalau Awan liat kita di sini berduaan, gue bisa digebukin." Langit menghela nafas kemudian kembali menatap buku di atas meja.
"Gue mau ngomong"
"Apa? Ohh ... bukannya lo janji mau healing ke pantai besok sama Awan? Tenang aja, gue gak bakal ganggu kalian lagi, kok. Lagi pula gue udah gak suka sama lo. Gak lucu kalau gue ngerebut pacar abang sendiri," sahutnya tanpa mengalihkan pandangan pada benda tebal di hadapannya.
"Please... gue pengen meluruskan semuanya."
"Stop! Gue gak peduli. Kenapa lo bikin gue bingung, sih? Kenapa lo bersikap seolah-olah peduli sama gue?"
"Gue suka sama lo, Langit," ucap Senja menatap Langit dari belakang.
Langit berdecih. Apakah semua wanita seperti ini? Egois dan tidak mau melepaskan salah satu cowok yang menyukainya. Apakah mereka takut kehilangan fans? Mereka suka menarik ulur agar tidak kehilangan keduanya.
"Jangan sampai Awan denger ini. Lo bisa dapat masalah besar."
Senja mengepalkan tangannya. Ia menarik kursi Langit agar berhadapan langsung dengannya. "Lo tau ... gue sadar. Selama ini gue cuma terobsesi sama dia. Gue suka sama lo! Gue cinta sama lo. Gue baru sadar setelah gue akan pergi. Gue menyembunyikan semua ini dalam waktu yang lama. Gue harus mengungkapkan perasaan gue sebelum semuanya terlambat."
"Terus?" Langit berdiri sambil menunduk, menatap gadis di hadapannya sambil menahan dada yang terus dipenuhi rasa sesak.
"Ingat anak di dalam kandungan lo. Jangan munafik! Kenapa gue harus suka sama cewek licik dan manipulatif kayak lo?" sarkasnya tertawa hambar, "gue muak. Gue sadar, ternyata lo gak sebaik itu."
Langit menarik pergelangan Senja dengan paksa dan menyeretnya keluar. Ia paling benci melihat wajah polos tanpa dosa itu. Setelah berhasil menyingkirkannya dari sana, ia langsung menutup pintu dengan kasar.
Langit menjatuhkan tubuhnya di atas kasur dengan perasaan campur aduk. Jauh di lubuk hatinya Langit terus memikirkan perlakuannya barusan. Apakah ia terlalu kasar? Apa ia menyakiti Senja?
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...