Ruby segera melarikan diri saat tangannya tiba-tiba di tarik paksa. Saking paniknya gadis itu sampai tak menyadari bahwa kini ia sudah memasuki gang sempit tempat pembunuhan berantai yang sangat-sangat dihindarinya.
Denger nafas memburu tanpa melihat ke belakang, Ruby terus berlari meskipun gelap dan hanya diterangi oleh rembulan serta lentera di jalanan.
Ketika menoleh ke belakang ternyata sosok itu masih mengikutinya dengan langkah lebar, terlambat sedikit pasti Ruby bisa menjadi korban selanjutnya.
Hanya terdengar suara nafas tersengal serta derap kaki yang cepat di keheningan. Jantung Ruby berdegup kencang karena ketakutan.
"Auhh!! Shtt ... sakit."
Fokus menatap ke depan ke belakang, kaki Ruby tak sengaja tersandung oleh batu di jalan dan tersungkur ke tanah karena tak melihat jalan dengan benar. Gadis itu menengok ke belakang ... tapi tak menemukan siapapun di sana. Ia memperhatikan sekeliling waspada. Ke mana orang tadi?
"Hahh .... " Ruby menghela nafas berusaha bangkit meskipun lutut dan sikutnya terluka.
Tiba-tiba seseorang menyentuh pundaknya dari belakang membuat Ruby terkejut hingga kembali tersandung.
"Please ... jangan bunuh gue. Gue masih pengen hidup," ucap Ruby cepat dengan kedua telapak tangan yang disatukan di depan wajahnya.
Rambut yang tadinya dicepol kini berantakan. Bahkan celana tidurnya sobek akibat terjatuh tadi.
Ruby sedikit membuka matanya, mengintip sepasang sepatu putih yang terdapat bercak darah di sana. Tak lama terdengar suara isakan kecil. Ia kembali teringat dengan kepala menggelinding yang terhenti tepat di depan kakinya. Apakah ia akan bernasib seperti itu juga?
Ruby semakin mengamuk saat sosok tersebut mencoba menahan pundaknya. Sampai seketika kedua pipinya ditahan agar terus menatap ke depan.
"Gue gak bakal bunuh lo."
Mendengar suara tak asing membuat mata Ruby langsung terbuka lebar.
"Kenapa?" Damian mengangkat satu alisnya bingung.
Ruby langsung memeluk cowok itu saking takutnya. Ia benar-benar berpikir ia akan mati malam ini. Namun syukurlah tuhan mengirimkan seorang penolong untuknya.
"G-gue ... takut."
Damian merasakan tubuh gadis itu bergetar hebat. Ia hanya membiarkan Ruby, bahkan sama sekali tak membalas pelukannya.
"Kenapa lo ada di sini?" tanya Damian.
Ia mencoba melepaskan tangan Ruby yang melingkar di pinggangnya. Damian cukup risih saat ada seseorang yang menyentuhnya apa lagi itu seorang perempuan.
Bukannya melepaskan Ruby malah semakin erat memeluk cowok itu dengan mata terpejam.
"Anterin gue ke rumah, ya?" ucap Ruby dengan wajah memelas.
Damian benar-benar langsung mendorong Ruby yang tadinya menempelinya seperti ulat keket. Ia memperhatikan keadaan gadis itu dari atas sampai bawah.
"Tega banget lo dorong-dorong gue! Gue udah jatuh dua kali ... sakit." Ruby menyentuh lututnya yang berdarah.
"Woy! Lo denger gue gk sih?" tanya Ruby kesal melihat Damian yang sejak tadi diam sambil menatapnya datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...