Chapter 33

33.6K 3.3K 591
                                    

"Masa lalu yang kelam akan menyiksa pikiran seseorang seumur hidupnya."

~E~

***

"Woy!" sapa lelaki berkacamata minus dengan headset yang senantiasa menyumpal telinganya. Ia merangkul sang saudara yang kini tengah duduk di tangga sekolah dekat kelas mereka sendirian.

"Gak sopan sama Abang sendiri!" Terdengar sahutan seperti biasa, suara cuek dan dingin meskipun pada adiknya sendiri.

"Tumben gak bolos."

"Lo nyuruh gue bolos?"

Cowok dengan name tag Langit Deviano Putra itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Bukan itu maksudnya!

"Gimana hubungan lo sama Senja?" tanyanya sengaja mengalihkan pembicaraan.

"Gak gimana-gimana. Kenapa? Berharap kita putus?" Lirikan tajam mengarah kepada Langit.

"Gak juga. Kalau putus ya gue sujud syukur." Langit dapat melihat ekspresi tak mengenakkan dari orang disebelahnya. Meskipun begitu ia tak akan pernah menarik kata-katanya.

"Sesuka itu lo sama cewek gue?" ucapnya lagi menatap remeh ke arah Sang Adik.

Langit tak membantah ucapan Abangnya. Siapapun tau bahwa kedua bersaudara itu menyukai orang yang sama. Meskipun gadis bernama Senja itu kini sudah resmi berpacaran dengan Awan Devano Putra, sang pentolan sekolah.

"Awan!" panggil Langit melihat lelaki itu hendak pergi.

"Gak sopan! Gue Abang lo," sahut Awan mendengar Langit memanggilnya tanpa embel-embel kakak ataupun abang.

"Gue perlu ngomong sama lo ... ini tentang Senja."

"Gak usah ngomongin cewek gue. Sorry, gue gak tertarik dengan omongan lo," sarkas Awan menatap malas.

Saat itu Langit hanya bisa membuang nafas kasar. Namun jika ketika itu ia berbicara jujur kelas Awan, apakah lelaki itu akan percaya dengan ucapannya? Tentu saja tidak.

"Gue kangen lo, Bang Awan. Sayangnya sekarang bukan kita yang dulu."

Langit duduk di sisi ranjang miliknya dengan tatapan sendu, menatap buku dengan sampul coklat di tangannya. Beberapa kali ia membolak-balikkan buku tersebut membaca setiap tulisan yang tercetak.

Beberapa hari yang lalu, Langit mendapatkan buku ini di kamar sang adik. Buku yang dulunya pernah hilang dan kini kembali lagi di tangan gadis itu. Langit segera mengambil buku tersebut karena tau, akan ada seseorang yang mengincarnya untuk dimusnahkan. Novel ini tidak berbahaya, yang berbahaya ialah jiwa yang mengisi buku itu.

Langit kembali teringat dengan kehidupan pertamanya. Dimana saat itu terjadi peristiwa besar yang mengguncang semua orang, membuat orang-orang ketakutan serta was-was. Namun ... kini kejadian itu sepertinya akan kembali terulang.

"Gue gak tau harus gimana. Di sisi lain lo harus tetap hidup, gue gak mau kehilangan orang yang gue cintai untuk yang kedua kalinya. Tapi ... gue juga gak bisa biarin jiwa pembunuh lo berkeliaran dan merenggut banyak nyawa."

Langit teringat Awan, sosok kakak laki-lakinya yang kini terlahir dengan nama berbeda. Di kehidupan kedua, mereka bukan lagi saudara, namun perasaan yang kuat mengikat keduanya begitu erat.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang