Ruby duduk di salah satu meja di pojok kantin bersama Damian sembari memakan potongan roti keju, menggunakan waktu istirahatnya sejenak demi mengganjal perutnya.
Belum ada percakapan di antara mereka sejak tadi. Ruby terlihat asik dengan pikirannya sendiri sedangkan Damian terus memperhatikan wajah cantik dengan pipi bulat menggemaskan itu mengunyah roti di tangannya.
Suasan tenang tadi tiba-tiba nampak berubah dengan kedatangan seorang gadis yang tiba-tiba duduk di samping Damian dengan senyuman manisnya. Merangkul tangan itu posesif sambil menatap sinis gadis dihadapannya. "Ngapain lo di sini sama dia?" ucap Jessica melirik Damian kesal.
Ngapain sih, nih Medusa datang ke sini segala. Ganggu aja. Batin Ruby melirik tak suka gadis itu.
"Lo udah janji gak deket-deket dia lagi. Lo gak ingat?"
Damian menyingkirkan pergelangan tangan Jessica yang seakan menjeratnya. Ia merasa risih setiap kedatangan sepupunya itu. Jessica seperti rambu-rambu merah sebagai peringatan untuknya. "Tangan lo kenapa lagi?" tanya Damian ketika tak sengaja melihat goresan-goresan kecil, sepertinya gadis bodoh itu nekat menyakiti dirinya lagi.
"Oh ini. Hmm... gak papa kok," sahut Jessica tersenyum senang melihat Damian masih perhatian kepadanya.
Seharusnya gue gak nanya. Damian mulai membatin.
Ruby tiba-tiba berdiri dari kursinya, mendorong benda yang ia duduki dengan kasar hingga jatuh ke lantai cukup keras.
"Gue gak ngerti apa yang bikin lo tertarik sama cewek ini." Jessica sedikit protes. "Bukannya gue bahkan lebih cantik dan berbakat dari dia? Sadar, Damian!"
"Gue malah makin heran kalo Damian suka sama cewek yang dikit-dikit mau bunuh diri kayak lo. Siapapun gak bakal tahan sama sikap egois lo itu," sahut Ruby kesal. Jessica selalu saja mencari masalah dengannya, padahal Ruby sama sekali tak peduli dengan keberadaan gadis itu.
"Lo belum pernah gue pukul kan sebelumya?" Jessica tersenyum miring menatap penuh benci.
"Jessica!" sentak Damian mulai muak dengan keberadaan Jessica.
Jessica sama sekali tak mendengarkan. Ia malah berdiri dan mendekati Ruby dengan tangan menyilang di depan dada. Tatapan remeh itu semakin membuat Ruby merasa ditantang.
Hari ini lo selama karena gue bukan Senja. Batinnya terkekeh sinis.
"Ada yang lucu?" ucap Jessica merasa jengkel melihat ekspresi yang keluar dari wajahnya.
"Kalau cuma mau nyari ribut, lebih baik lo pergi," perintah Damian.
"Kenapa lo malah belain dia?!"
Ruby memutar bola matanya malas. Ia melewati Jessica begitu saja dengan sedikit menyenggol bahu gadis itu dan keluar dari kantin demi mendinginkan suasana hatinya yang memanas. Ruby tidak ingin membuat keributan lagi, mulai sekarang ia harus pandai mengelola emosinya.
Baru beberapa langkah keluar dari kantin, seseorang terlebih dahulu mencengkeram pergelangan tangannya. Ternyata itu Jessica lagi. "Apa yang lo lakuin ke Damian sampai-sampai dia berubah pikiran? Lo yang hasut dia selama ini buat ninggalin gue, kan? Dasar rubah licik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...