Chapter 6

89.5K 9.2K 569
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***

Sesudah menuntaskan hajatnya, Ruby akhirnya dapat bernafas dengan lega. Gadis itu mencuci tangan di wastafel lalu bercermin membenahi pakaiannya.

"Huh! Capek gue teriak-teriak kayak orang bego. Eh tapi kan gue emang bego? Tau ah!"

Ruby menatap kagum pantulan wajahnya di cermin. "Cantik banget sih Ara. Kalau gue terlahir jadi orang kaya pasti muka gue juga kayak gini," gumamnya.

Ruby mengelus pipinya yang lembut tanpa polesan makeup sedikitpun. "Muka cakep gini dipakai buat ngejar-ngejar Alga. Kalau gue jadi Ara lebih baik buat cari banyak sugar Daddy. Duh, kayaknya otak gue tambah gesrek nih setelah masuk ke sini."

"Eh? Tapikan sekarang gue udah jadi Ara. Ck, Begonya gak sembuh-sembuh!" Ruby memukul kepalanya pelan.

Ia memutuskan segera keluar dari toilet dan kembali ke kelas. Dengan langkah pelan, mata gadis itu memperhatikan sekitar. Ruby berjalan mengendap-endap seperti maling yang ingin mencuri.

"Gue beneran kayak orang dongo sih. Ngapain juga gue takut sama Alga? Toh, mulai sekarang gue gak bakal ganggu dia." Ruby tiba-tiba menegakkan posisi badannya.

"Dia juga gak mungkin balas dendam kan? Cuma karena Ara deketin dia. Lagi pula mereka belum pacaran, ngapain juga gue berurusan sama Ayra?" Gadis itu mengangguk-angguk pelan.

"Bener juga."

Ruby berjalan dengan santai. Beberapa menit ia melamun, tiba-tiba ia terjatuh ke lantai saat tak sengaja menabrak benda keras dihadapannya.

"Aww! Siapa sih yang naro tembok di tengah jalan!" Ruby mengusap bokongnya sambil meringis.

Baru saja ingin mengambsen nama-nama hewan, Ruby duluan terdiam ketika mengetahui siapa yang telah ditabraknya.

"Udah gue duga. Firasat buruk seorang Ruby emang gak pernah salah," ucap gadis itu di dalam hati.

"Sorry, gak sengaja."

Baru saja ingin pergi, tangannya tiba-tiba di tahan dengan kuat.

"S-sakit!" Ruby berusaha melepaskan genggaman itu namun Alga malah menariknya semakin mendekat.

"Lo kenapa sih?!" Ia menyentak kasar pergelangan tangannya yang kini memerah. Ruby menatap tak kalah tajam kepada Alga.

"Ya udah, kalo gak ada yang harus di bicarakan, gue mau pergi. Semoga ini pertemuan terakhir kita!" ujarnya lagi setelah menunggu beberapa menit namun cowok itu tak kunjung bicara.

"Tunggu."

Ruby menghentikan langkahnya kemudian berbalik. "Apa?" Suara itu terdengar bergetar.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang