Sehabis meninggalkan rooftop Ruby berjalan sendirian dengan santai di koridor. Langkahnya terhenti ketika melihat segerombolan cewek di depan sana sedang menghalangi jalan.
Ruby memutar bola mata malas, mereka mengganggu orang berlalu-lalang saja. Namun pandangan gadis itu tiba-tiba terfokus pada sosok cowok yang dikerumuni, tunggu! Bukankah dia ....
Entah kesialan dari mana Damian tiba-tiba menoleh ke arahnya yang berada tak terlalu jauh. Mereka saling bersiatatap beberapa detik sebelum Ruby mengalihkan pandangan karena gugup. Ia seperti sedang terciduk memperhatikan cowok itu.
"Kenapa gue masih di sini coba?" gumamnya lalu dengan kaku berbalik badan mencari jalan lain untuk dilalui.
Baru saja ingin berbelok ke arah tangga seseorang menabrak tubuhnya hingga Ruby dan orang itu terpental bersamaan ke lantai. Ruby mengumpat di dalam hati, ia menatap tajam cewek yang menabraknya entah sengaja maupun tidak.
"Lo kalo jalan pake kaki, mata juga digunain! Lagian ngapain lari-lari di koridor?!" ucap Ruby kesal, menepuk-nepuk seragamnya yang terkena sedikit debu.
"Eh ... lo kali yang ngehalangin jalan! Udah tau gue lari-lari kasih jalan kek," sahut Sonya berusaha berdiri bukannya minta maaf.
"Lama-lama gue santet juga lo. Kesel gue!" Ruby berucap tak santai.
"Minggir ah! Buang-buang waktu gue aja."
"Lo pikir waktu lo doang yang ke buang? Woy!" teriak Ruby melihat Sonya pergi begitu saja tanpa ada rasa bersalah.
Ruby membenahi sedikit rambut dan pakaiannya. Gara-gara Sonya tubuh indahnya harus bersentuhan langsung dengan keramik.
Ruby kembali berjalan sampai di kelasnya, duduk di kursi dengan posisi kepala yang ditenggelamkan antara lipatan tangan di atas meja. Sebentar lagi lonceng mapel ke 4 pasti akan berbunyi. Ia memutuskan untuk tidur sebentar sebelum melalui jam-jam yang melelahkan.
Derttt ... derttt ....
Deringan handphone di dalam sakunya membuat Ruby terbangun. Dengan terpaksa ia membuka mata lalu menaruh hp tersebut ke dalam tas, bukannya memeriksa siapa yang sudah mengirim pesan.
Sekali lagi ponselnya berbunyi, kali ini bukan pesan melainkan nada dering telpon. Ruby mengangkat wajahnya lalu dengan malas mengambil benda pipih tersebut.
"Ini siapa sih, gak tau orang tidur apa!" gumamnya geram.
Nomor tak dikenal tertera di layar. Dengan rasa tak curiga sama sekali Ruby menggeser tombol hijau dan menempelkan handphone-nya di telinga.
"Halo?" Kening Ruby berkerut saat beberapa saat tak mendengar suara sahutan dari orang di sembarang sana.
"Halo?" panggil Ruby sekali lagi.
"Aneh." Ruby langsung mematikan panggilannya merasa jika itu hanyalah telpon iseng.
Saat Ruby hendak tidur kembali seorang guru datang dan membatalkan niatnya. Padahal Ruby hampir saja terlelap tadi, mata gadis itu bahkan terlihat merah seperti orang kurang tidur.
Ruby mendengar wanita di depan papan tulis mengajar dengan malas. Bahkan muka-muka tak niat belajar jelas tercetak di wajah gadis itu. Ruby memilih menatap ke luar jendela bosan, berharap waktu berjalan lebih cepat agar ia bisa pulang ke rumah dan tidur.
"Di mana Elva dan Sonya? Mereka membolos?"
Melihat murid lain tak berani menjawab membuat guru tersebut menghela nafas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...