Chapter 59

18.7K 1.8K 561
                                    

***


Damian membawa Ruby untuk tinggal ke apartemennya untuk sementara waktu. Ia sangat khawatir, melihat keadaan sekacau ini dalam semalam.

Ia sangat marah. Namun tidak tau ingin melampiaskannya ke siapa. Semuanya karena lelaki bajingan itu, Damian benar-benar bertekad untuk membunuhnya jika kembali bertemu. Tangannya terkepal kuat, Damian membuang nafas kasar berusaha menenangkan diri di hadapan Ruby.

"Kenapa Senja bisa ngambil alih tubuh lo?"

Ruby menggeleng sebagai jawaban.

"Huh ... ganti baju lo dulu." Damian bahkan tak berani meliriknya. Bagaimana pun juga ia lelaki normal. Damian mengerang frustasi, mengingat ketika Ruby menjadi tontonan di club dengan pakaian itu. "Senja, gue benci lo," gumamnya kesal.

Damian berbalik dan tiba-tiba mendapati Ruby sudah berdiri di hadapannya, wajahnya memerah. Gadis itu mengalungkan tangan di lehernya dengan tatapan sayu. Jantung Damian sontak berdebar tak karuan karena terkejut, atau mungkin karena hal lain.

"Damian .... "

"Kenapa?"

Ruby mendekatkan wajah mereka hingga hidung mancungnya kini saling bersentuhan. Nafas Damian pun terasa menghembus di kulit wajahnya. "Gue mau lo."

Satu kecupan singkat di bibirnya membuat Damian membeku. Tangan Ruby bahkan tak tinggal diam bergerak liar menyentuh tubuhnya.

Damian sontak mendorong Ruby karena baru sadar akan sesuatu. "Lo bilang tadi si brengsek itu ngasih lo minuman, kan? Apa itu."

Bukannya menjawab Ruby malah menarik Damian ke atas tempat tidur dan langsung mengunci pergerakannya. "Tolong gue," lirihnya menatap penuh harap. Rasanya begitu menyiksa bagi Ruby. Hatinya menolak, namun tubuhnya tak bisa munafik kalau ia ingin menginginkan sentuhan itu.

"Gak, Ruby! Pasti ada cara lain. Gue gak mau lo bakal nyesel nanti. Gue gak mau jadi cowok brengsek." Damian berusaha sekuat tenaga melawan nafsunya. Ia berusaha menghindar, namun entah mengapa seketika kekuatannya terasa hilang hanya karena gadis itu.

Ruby ... telah memperkosanya.

***

Matahari mulai menunjukkan kehadirannya pada pagi yang cerah itu. Cahayanya menembus gorden putih tempat di mana kedua orang pasangan tengah tertidur sambil berpelukan di bawah selimut.

Ruby membuka matanya perlahan, ia merasakan sesuatu yang aneh namun masih dalam keadaan setengah sadar.

Gue di mana? Ruby merasakan pusing yang hebat menghantam kepalanya. Kenapa gue gak ingat apapun? Batinnya.

Damian? Ruby seketika melotot kaget saat menyadari orang yang kini ada di hadapannya.

Lelaki tampan itu nampak sangat damai dalam tidurnya. Matanya terpejam dengan wajah polos.

Ruby hendak bangun namun terkejut ketika melihat tubuhnya kini tanpa sehelai benang di bawah selimut. Jantungnya terasa hampir copot sekarang. Ia kembali menatap ke arah Damian yang masih tertidur pulas.

Ia menutup mulut syok, perlahan beberapa ingatan tadi malam muncul membuat tetesan cairan bening membasahi pipinya. Apa yang udah gue lakuin? Gue pasti gila. Ini gila! Batinnya menjerit masih tak percaya.

Tanpa pikir panjang Ruby langsung turun dari atas ranjang dan memunguti pakaian mereka. Ia mengambil kemeja kebesaran milik Damian dan celana panjang lalu keluar dari sana secara diam-diam.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang