Chapter 61

22.2K 1.7K 778
                                    

***

Ruby berlari menyusuri koridor rumah sakit tergesa-gesa. Saat sudah sampai di depan ruang operasi, ia melihat kedua orang tuanya sedang duduk menunggu dokter keluar dari dalam sana.

Dengan cepat Embun mengusap air mata di pipinya ketika melihat Ruby datang. Ia mendekati anak gadisnya. "K-kenapa Ruby bisa ada di sini?"

"Kenapa Bunda sama Ayah gak ngasih tau kalau Abang kecelakaan?" Sorotnya nampak kecewa.

"Maafin Bunda, Sayang. Bunda dan Ayah cuma gak mau kamu makin terbebani kalau tau semuanya sekarang. Siapa yg ngasih tau kamu?"

"Ruby gak papa? Ini udah malam, biar Bunda sama Ayah yang jaga Abang. Ruby istirahat di rumah aja, oke?" ucap Ayah.

Ruby menggeleng, ia tak ingin pergi dari sini sebelum tau keadaan Langit.

Seorang dokter tiba-tiba keluar dari ruangan. Ruby langsung mendekati pria berjas putih itu kemudian bertanya,"Gimana keadaan abang saya, Dok?" Ruby memainkan jari-jari tangannya gelisah.

"Maaf sebelumnya, perkenalkan nama saya Emilio. Saya adalah dokter yang selama ini menangani penyakit anak Ibu dan Bapak."

"Penyakit? Maksud Dokter?" sela Ruby.

"Sekitar tiga bulan yang lalu, Langit datang ke rumah sakit untuk memeriksa keadaannya. Dia bilang kepalanya selalu tiba-tiba terasa sakit, dan itu berkelanjutan. Setelah diperiksa, ternyata dia didiagnosis mengidap tumor otak. Awalnya itu tidak terlalu berbahaya, namun sebulan kemudian dia datang lagi ke saya. Ternyata tumor semakin ganas dan saya pun menyarankan untuk menjalankan operasi. Tapi Langit menolak, dia hanya ingin mengandalkan obat pereda nyeri untuk sementara. Meskipun saya sangat ingin menjalankan operasi untuk Langit, saya tidak bisa melakukannya tanpa persetujuan wali pasien dan pasiennya sendiri. Dia juga meminta untuk merahasiakan hal ini kepada keluarganya. Sayang sangat memohon maaf atas kejadian tersebut," terang Dokter Emilio membungkukkan sedikit kepalanya sebagai permohonan maaf.

Kedua orang tuanya nampak sangat syok, terutama Ruby. Ia tak menyangka jika Langit merahasiakan sesuatu yang besar seperti ini kepada semua orang.

"Selamatkan dia apapun cara yang bisa dilakukan. Saya meminta bantuan Dokter untuk mengoperasi anak saya. Berapapun biayanya akan saya bayar," ucap Andre menggenggam tangan sang Dokter penuh harap.

"Kanker otak pada anak Anda sudah mencapai stadium akhir. Saya juga tidak pernah menyangka akan berkembang secepat itu. Apalagi setelah mengalami kecelakaan, Langit mengalami pendarahan pada sel jaringan otaknya, tulang tengkoraknya pun retak akibat benturan atau guncangan yang sangat kuat. Sangat kecil kemungkinan setelah dioperasi dia akan sembuh total. Bahkan saat di operasi, pasien mungkin hanya akan bertahan paling lama dalam kurun waktu satu tahun."

"Maksud Dokter Langit bakal mati dalam waktu satu tahun?" Mata Ruby berkaca-kaca.

"Jika dia beruntung, dia bisa hidup lebih lama lagi. Tapi masalahnya karena kecelakaan ini, kondisinya semakin kritis. Langit kehilangan banyak darah, dia butuh pendonor."

"Biar Ruby yang donorin darah ke Abang. Sebagai gantinya, Ruby mau ketemu orang yang udah bikin Bang Langit kecelakaan," sahut Ruby tiba-tiba.

"Orang itu langsung di bawa ke kantor polisi. Tapi, untuk apa Ruby mau ketemu sama dia?" tanya Andre penasaran.

Ruby tak menjawab. Itu membuat kedua orang tuanya kembali merasa khawatir dengan kondisi mentalnya. Terlebih lagi karena kejadian tak mengenakkan beberapa hari yang lalu.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang