Chapter 21

55.7K 5.6K 128
                                    

Langit melangkah lebar mencari keberadaan adiknya. Ia sudah mengunjungi kelas gadis itu, mencari kemanapun namun tak kunjung berjumpa sampai-sampai Langit bingung ingin pergi ke mana lagi.

Di tengah berjalan, Langit melihat Lyora yang sedang berjalan berlawanan arah dengannya. Iapun langsung menghampiri gadis itu kalau-kalau Lyora tau di mana Ruby sekarang.

"Lyora!"

"Kak Langit?" Lyora mengerutkan kening heran, tidak biasanya Langit mau mengobrol duluan dengan perempuan selain Ruby.

"Ruby di mana?" tanya Langit tanpa basa-basi.

"Oh ... gak tau, Kak. Tapi sempat ketemu di uks habis itu gak ada liat lagi. Aku kira dia di kantin sama Kak Langit," jawab Lyora.

Langit mengusap rambutnya ke belakang disertai helaan nafas. Tanpa sepatah kata ia langsung nyelonong pergi membuat Lyora tambah kebingungan.

"Emang Ruby kenapa?" Ia bergumam.

Sedangkan di sisi lain sosok yang dicari sedang duduk nankring di atas pohon dengan santai sambil mengoyak kulit buah mangga dengan giginya. Ruby merasa puas di dalam hati saat menemukan pohon mangga berbuah matang di taman belakang sekolah. Tak sia-sia berjalan ke mari, pikirnya.

Lonceng masuk baru saja terdengar membuat gadis itu memutar bola mata malas. Mengapa waktu berjalan begitu cepat? Ruby belum puas dengan jam istirahatnya namun harus kembali belajar.

"Bolos satu jam gak papa kali ya?" ujarnya terlihat bodo amat.

Ingin kembali menikmati angin sepoi-sepoi di atas pohon, teriakan seorang lelaki dari bawah membuat perhatian Ruby teralihkan.

"Langit?" Ruby melotot kata melihat sang Abang sedang berkacak pinggang sambil menengadah.

"Turun!" ucap Langit tegas.

Ia mencari satu keliling sekolah hanya untuk memastikan bahwa Ruby baik-baik saja, tapi adik bandelnya itu malah santai-santai saja mendengar bel masuk berbunyi.

"Gak mau!" Ruby menggeleng cepat. Jika ia turun pasti Langit akan memarahinya.

Langit menghela nafas lelah menghadapi sifat keras kepala gadis itu. "Kalau gak turun, gue yang naik," ujarnya membuat Ruby gelagapan.

"Iya-iya gue turun!" sahut Ruby terpaksa.

Denger perlahan Ruby menginjakkan kakinya pada batang-batang kecil dan turun secara perlahan. Untung Ruby sudah menyimpan beberapa mangga di kantongnya, jadi ia tak khawatir kehabisan stok makanan.

"Siapa yang nyuruh lo naik ke pohon setinggi itu? Kalau Lo jatuh atau celaka, siapa yang sakit? Terus lo denger kan bel udah bunyi? Kenapa masih santai-santai? Mau bolos, iya?"

Ruby memanyunkan bibirnya ketika mendengar lelaki itu mengomel.

"Kalau orang ngomong di jawab."

"Iya!" sahut Ruby malas.

"Yang sopan," ujar Langit lagi membuat Ruby kesal.

"Iya, Bang Langit." jawab Ruby dengan nada lembut namun wajahnya sedikit tertekan.

Langit berkacak pinggang sambil menatap tajam sang adik. "Lo harus dihukum biar gak bandel lagi."

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang