***
Ruby terpaksa duduk di kantin sendiri karena Lyora tak hadir ke sekolah hari ini. Biasanya hanya gadis itu yang menjadi teman satu-satunya. Menurut Ruby, kepribadian Lyora yang pemalu dan tidak terlalu bar-bar sangat memberikan sisi nyaman tersendiri. Bayangkan jika ia berteman dengan orang yang memiliki sifat sepertinya juga, mungkin Ruby akan stress.
Ruby mengaduk jus lemon di cangkirnya sambil menatap bongkahan es yang perlahan meleleh bercampur dengan air. Dengan wajah lesu ia mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin.
Hingga mata Ruby tak sengaja bertubrukan dengan netra hitam seorang lelaki yang sejak tadi ia cari keberadaannya. Kini Damian tengah duduk sendirian berjarak dua meja di hadapannya. Ingin sekali Ruby menghampiri lelaki itu, namun ....
Ceritanya kan gue lagi marah. Gak! Gue gak boleh deketin dia untuk sekarang sebelum dengan kata 'maaf' keluar dari mulut tuh cowok. Sabar, Ruby ....
Lama bertatapan, Damian mengangkat alisnya seolah bertanya, melihat itu Ruby langsung membuang muka begitu saja. Ia tak boleh salah tingkah! Tahan, Ruby. Ada harga diri yang harus dijaga!
Suara riuh membuat Ruby menopang kepalanya dengan telapak tangan di atas meja. Tiba-tiba saja ia merasa pusing, padahal tadi pagi masih terasa biasa saja.
Apa lagi suara tiga orang gadis di belakangnya yang kini sedang menggosip ria. Ruby tau, mereka adalah gadis-gadis yang pernah mengganggunya dulu ketika di koridor. Mereka pula yang menuduhnya atas pembunuhan Sonya karena hasutan Elva. Sial sekali ada di sini!
Ingin sekali Ruby menyumbat mulut mereka masing-masing dengan kain pel dan mencelupkan kepala mereka ke emper pel sekalian. Apa lagi setelah mendengar namanya yang ikut-ikutan disebut padahal tak tau apapun.
"Katanya si Ruby gak ngincar Alga lagi, tapi saingannya."
"Wah ... lo serius? Gue pikir cuma rumor."
"Bukannya Damian punya pacar, ya? Siapa tuh namanya? Jes ... Jess—"
"Jessica?" teman yang satunya tiba-tiba menyeletuk.
"Parah, sih. Ternyata sifat murahannya masih nempel. Gue pikir dia beneran udah berubah," ejek terang-terangan seorang gadis yang sengaja mengeraskan suaranya saat menyadari orang yang mereka bicarakan kini sedang duduk di hadapannya.
"Lo gak tau aja, lonte tetaplah lonte. Mana ada sebutannya cewek murahan berhenti jual diri. Palingan dia mau nambah target buat digoda, upss!" Mereka tertawa bersama karena ucapan sarkas yang menurutnya lucu itu.
Lain halnya dengan Ruby yang kini semakin meremas tangan dengan kuat. Emosinya tiba-tiba memuncak ketika dirinya disebut murahan oleh mereka.
"Tapi siapa, sih, yang gak kegoda sama Damian? Dia cowok incaran cewek seantero sekolah. Sayangnya gak ada yang berani deketin dia."
"Jessica harus dijadikan pengecualian, sih. Gue makin penasaran ada apa sama mereka berdua. Meskipun gak terlalu keliatan deket, tapi lo ingat Damian sering datang dan pulang bareng sama dia."
"Wah ... gue iri banget!"
"Gak cuma lo, pasti sekarang ada yang lebih iri."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...