"Gue rasa, inisial itu cuma jebakan."
"Jebakan?" Elva dan Axel menatap bergantian ke arah Ruby disertai wajah bingung dan penasaran mereka.
Ruby mengangguk menatap kedua orang itu secara bergantian.
"Gak mungkin! Jelas-jelas itu petunjuk," sanggah Elva.
"Gue setuju sama Ruby," sahut Axel.
"Maksud lo?"
"Bisa aja yang dibilang Ruby benar. Gue juga punya satu kecurigaan."
"Apa itu?" tanya Ruby.
"Hal ini sudah gue diskusikan dengan ayah gue. Kita rasa, pelaku pembunuhan ini ada dua orang."
Ruby dan Elva sama terkejutnya. Mengapa Axel bisa berpikir seperti itu?
"Setelah gue teliti, ada sesuatu yang aneh. Kasus kedua terjadi 6 hari setelah kasus pertama. Pada tanggal 29 Juli, terjadi pembunuhan yang sama dengan ciri-ciri korban, laki-laki berusia sekitar 40 tahun, seorang pemabuk, bertubuh kurus, dan setelah ditelisik ternyata korban termasuk orang yang mengkonsumsi narkoba. Dua kali kasus yang sama tersebut belum dapat dipecahkan siapa pembunuhnya." Axel mengeluarkan dua foto kepala korban yang sudah terpenggal di atas meja. Benar, ada beberapa kemiripan dalam foto tersebut.
"Kasus ketiga terjadi pada tanggal 6 Juli, namun korban yang dibunuh kini bukan laki-laki, melainkan perempuan. Sejak kasus ketiga, kasus keempat, kelima, dan keenam, semua korban adalah gadis 17 tahun yang memiliki beberapa kesamaan."
Ruby menggaruk kepalanya dengan wajah bingung. "Jadi, lo berpikir pembunuhnya ada dua orang cuma karena kasus pertama dan kedua berbeda dengan kasus selanjutnya?"
"Iya. Bukan hanya itu, tanda inisial seperti huruf 'E' yang ada pada korban pertama dan kedua, tidak diukir pada tubuh korban seperti kasus lainnya. Melainkan tanda itu dituliskan di tanah dengan darah korban, hingga detektif saat itupun kesusahan untuk mengenali tanda tersebut karena cepat menghilang sebab saat itu hujan turun deras," ungkap Axel menjelaskan sambil mengeluarkan semua foto bukti di atas meja secara perlahan.
"Kasus kemarin juga sama, tiga cewek yang tewas di toilet siswi, pelakunya pasti adalah orang yang meniru pembunuh pertama. Ditemukan tanda 'E' di masing-masing leher korban. Tapi psikopat itu cuma nusuk mereka sampai mati, kemungkinan karena dia tau kalau waktu untuk mengeksekusi mereka gak banyak. Kita belum tau apa sebenarnya motif sang pembunuh ini."
"Yang pasti pembunuhnya jelas bukan satu orang, melainkan dua orang yang berbeda. Pembunuh pada kasus ketiga, keempat, kelima, keenam yang menewaskan perempuan seusia lo, meniru pembunuh pada kasus pertama dan kedua. Gue bisa tau, dengan cara dia memotong kepala korban, memotong jari, memisahkan beberapa anggota tubuh korban lainnya, menulis tanda 'E' di tubuh korban, dan membunuh di tempat yang sama semata-mata dia lakukan agar mengecoh. Seolah dia sedang bersembunyi di balik nama orang lain."
"Tapi kenapa dia harus ngelakuin itu? Kalaupun ada dua orang, kenapa pembunuh pertama gak pernah muncul lagi dan membiarkan pembunuhan peniru itu gitu aja? Apa mereka saling kenal?" tanya Elva mulai menyimak.
"Dia pasti sedang bersembunyi, atau membiarkan pembunuhan yang berkeliaran saat ini melakukan itu atas namanya. Awalnya gue pikir mereka berdua bersekongkol, karena meskipun si pembunuh kedua mencoba meniru pembunuh pertama, hasil sayatan dan cara mereka membunuh tetap terlihat berbeda. Pembunuh pertama jelas sangat rapi, tapi pembunuh kedua terlihat lebih brutal dalam menyiksa korbannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Gadis Gila [END]
Teen FictionBELUM DIREVISI!! Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang memiliki sifat bandel, bar-bar, suka membuat onar, dan sedikit tidak waras mengalami transmigrasi ke tubuh seorang antagonis di dalam novel yang baru saja ia baca sebelum meninggal? Sudah ka...