Chapter 42

26.7K 2.4K 433
                                    

Warning!! : sebelum baca part ini, silahkan baca chapter 17 & 18
*Anggap aja ini spoiler

Jangan lupa vote dan komen!!!

*
*
*

***

Ruby menatap sebuah bangunan megah dan besar dihadapannya. Rumah Damian ternyata tiga kali lebih besar dari rumahnya. Ruby penasaran, apa pekerjaan ayah lelaki itu sampai-sampai memiliki kekayaan yang begitu banyak.

Damian menarik lembut tangannya masuk ke dalam rumah bagaikan mansion itu. Ruby tak henti menatap sekeliling dengan takjub. "Di rumah sebesar ini, lo tinggal sama siapa?" tanyanya.

"Ayah gue lagi ngurus cabang perusahaan di Amrik sama paman gue. Gue tinggal sendiri sama pembantu, kadang-kadang sepupu gue datang nginep buat nemenin gue," sahut Damian. "Tunggu di sini, gue mau nyiapin kamar buat lo," lanjutnya lagi lalu pergi meninggalkan Ruby sendirian duduk di ruang tamu.

"Okey," jawab Ruby.

Gadis itu mengeluarkan handphone-nya dari dalam tas. Ruby menatap layar yang menunjukkan sebuah notifikasi baru saja masuk ke dalam pesannya. "Axel ngirim apaan?" Ruby bergumam sedikit heran.

Ketika hendak membuka video yang dikirimkan oleh Axel, Damian tiba-tiba datang menghampirinya. Ruby pun langsung menutup handphone-nya dan kembali memasukkan ke dalam tas.

"Gue udah beresin kamar lo. Di sana sama sekali gak ada benda tajam, jendela balkon juga udah gue gembok jangan harap lo ngelakuin hal yang nggak-nggak."

"Emangnya gue mau ngapain?" Ruby melirik ke arah Damian heran.

"Sekarang lo istirahat, kalau ada apa-apa panggil gue. Kamar kita sebelahan."

"Gue gak papa kok."

"Gak papa? Mana lutut lo yang luka tadi? Udah diobatin?" tanya Damian.

Ruby sudah sengaja memakai rok di bawah lutut dan sweater untuk menutupi lukanya, tapi ternyata Damian tetap mengingat itu. "Udah kok. Cie ... perhatian," goda Ruby menoel-noel tangan Damian sambil memicingkan matanya.

"Udah malam. Lo harus tidur," sahut Damian mengalihkan pembicaraan.

Damian mengantarkan Ruby ke kamarnya. Sampai di depan pintu, Damian menahan tangannya membuat langkah Ruby ikut terhenti.

"Jangan mengingat hal-hal yang mengganggu pikiran lo. Ingat gue aja," ucapnya.

Bibir Ruby berkedut menahan senyumnya ketika mendengar itu. Ruby bahkan mengalihkan pandangannya tak berani membalas tatapan Damian. "Makasih udah nolongin gue." Ruby membalas genggaman Damian yang mengusap punggung tangannya lembut.

Damian mengangguk dengan senyuman tipis. "Good night," ujarnya.

Setelah Ruby masuk ke kamar, Damian menutupkan pintu. Ruby pun melambaikan tangannya sebelum Damian benar-benar hilang dari pandangannya.

Ruby naik ke atas kasur dan menjatuhkan tubuhnya di atas benda empuk itu sembari menatap langit-langit kamar bernuansa abu-abu yang ditempatinya. Ruby kembali mengambil handphone miliknya dan membuka rekaman yang tadi ingin dilihatnya.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang