Chapter 31

33K 3.4K 285
                                    

"Mereka menyembunyikan semuanya. Gue seperti orang paling bodoh di sini."

~ RL ~

"Psikopat mudah memanipulasi, terlihat tenang namun menyimpan belati di belakang punggungnya."

~E~

***

Ruby membuka sedikit matanya melihat ke atap mobil. Posisinya terbaring dengan tangan dan kaki yang sudah terikat. Sebenarnya Ruby sudah lumayan lama sadarkan diri namun tak berani berkutik.

Mobil yang ditumpanginya melaju kencang melewati pepohonan dan jalan yang sepi. Ruby tentu saja takut, namun belum ada ide bagaimana caranya untuk kabur. Saat ia sadar Ruby juga tak tau sudah sampai di mana, tempat itu cukup asing baginya.

Ruby mengintip seorang pria berpakaian serba hitam yang tengah menyetir. Sepertinya ia juga tidak sadar kalau Ruby sudah bangun.

Mana laper lagi. Singgah di warung pecel lele boleh gak, ya?  Batinnya sambil memegangi perut yang keroncong.

Ia kembali pura-pura pingsan saat pria itu melirik ke belakang. Gadis itu mengintip lagi, melihat sang penculik membuka topi dan masker.

Anjir! Ganteng banget.

Ruby sedikit kaget, ia pikir orang yang menculiknya adalah seorang preman berwajah sangar atau semacamnya. Ternyata diluar dari ekspetasi.

Pura-pura pingsan aja, dah. Siapa tau dibawa ke rumahnya terus diajakin nikah. Ruby cekikikan di dalam hati.

Lagipula ia tak bisa berbuat apa-apa. Entah apa yang orang itu mau, yang pasti Ruby sangat malas untuk melawan.

Akhirnya Ruby memutuskan untuk pura-pura pingsan kemudian mengambil posisi senyaman mungkin. Tak sadar ia malah tertidur dengan posisi seperti itu. Ruby tak tau jika mereka kini semakin jauh dan berhenti di depan mansion besar di dalam hutan.

Pria itu menatap gadis yang masih terpejam itu dengan datar. Ia mengangkatnya dengan hati-hati dan segera membawa masuk ke dalam rumah besar tersebut.

Saat enak-enaknya tidur tiba-tiba seseorang menepuk pelan pipinya. Ruby membuka matanya merasakan parfum berbau mint yang begitu menyengat.

Wajah terkejutnya tak dapat disembunyikan ketika melihat sosok dihadapannya. Ruby langsung menatap sekeliling ruangan yang ia tempati.

"Lo? Lo ngapain?!" pekik Ruby melihat wajah lelaki itu kini begitu dekat dengannya.

Tiba-tiba ia sudah duduk di sofa dengan tubuh dan kaki-tangan terikat. Padahal Ruby merasa baru saja ia tertidur di mobil penculik itu. Atau jangan-jangan ....

"Enak tidurnya, hmm?"

"Edward? Kok elo, sih?! Perasaan tadi bukan lo!" dumal Ruby kesal melihat wajah orang yang tidak ia inginkan.

Edward mengubah ekspresinya menjadi datar. Padahal ia sudah berusaha baik kepada gadis itu. Kurang baik apa? Ia bahkan menculik Ruby tanpa paksaan, mengikat tubuh gadis itu di sofa yang empuk, mana ada penculik modelnya seperti dia?

"Seharusnya lo bersyukur. Kalau gak diculik bodyguard gue mungkin sekarang lo gak ada di sini, tapi di gudang lusuh atau mungkin udah dijadiin tumbal proyek," ketus Edward kemudian berjongkok di hadapan gadis itu.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang