Chapter 9

79.1K 8.3K 209
                                    


_o0o_


Ruby keluar dari kamarnya karena merasa jenuh. Ia turun ke dapur melihat Langit yang sedang memasak. Wangi dari bumbu dan saus membuat perut gadis itu keroncongan. Ruby menghampiri sang Abang kemudian memeluk Langit dari belakang tanpa aba-aba. "Lagi masak apa ganteng," ucapnya.

Langit terkejut melihat keberadaan sang adik, apa lagi saat merasakan sebuah tangan yang melingkar diperutnya.

"Gue masak teokpokki, lo mau?" tanya Langit sedikit gugup.

"Ihh, mauu!" jawab Ruby antusias.

Ruby duduk di meja makan, memandangi punggung lebar cowok itu dari belakang. Pemandangan yang sangat indah, pikirnya.

Langit tersenyum melihat sang adik yang duduk manis sambil menunggu. Ia menuangkan teokpokki instan yang sudah dimasaknya ke dalam mangkok lalu meletakkannya di atas meja.

"Makannya ... semangkok berdua?" Ruby menebak.

"Hmm, kenapa?" Langit memberikan sepasang sumpit kepada sang adik.

Dengan ragu Ruby menerimanya. Jujur, ia tidak tau bagaimana cara menggunakan benda itu. "Gue mau makan pake garpu aja— "

"Biar gue suapin. Lo gak bisa makan pake sumpit ya?" tebak Langit.

Ruby mengangguk. "Eh ... gak papa gue bisa makan pake garpu kok. Tapi kalau lo maksa yaudah."

Dalam hati gadis itu bersorak senang. Sekalian modus, pikirnya.

Cowok berkaus putih polos itu tersenyum tipis. Sebuah debaran di jantungnya tak berhenti malah semakin menjadi. Jika bukan saudara, mungkin sekarang ia akan jatuh cinta dengan gadis dihadapannya.

Gue gak tau kapan lo bisa semenarik ini.

Lekaki dengan tahi lalat kecil di bawah mata itu menggeleng saat menyadari apa yang sedang ia pikirkan. Sedangkan Ruby,ia  sedang memperhatikannya tanpa berkedip dengan wajah datar.

"Jadi nyuapin gue gak?" serunya melihat Langit yang tiba-tiba melamun.

Ruby tersenyum senang saat Langit benar-benar menuruti permintaannya. Sekarang Ruby tau bagaimana rasanya memiliki saudara, ternyata sangat menyenangkan. Apa lagi seorang kakak laki-laki tampan bak dewa yunani seperti Langit. Berlebihan? Tapi nyatanya cowok dihadapannya itu memang tampan.

"Bang, Axel ... dia beneran masuk sekolah lagi?" tanya Ruby hati-hati.

"Kenapa tiba-tiba nanya cowok brengsek itu?" sahut Langit terlihat tak suka.

"Enggak ... gue cuma denger dari anak-anak di kelas gue."

"Jangan deket-deket dia! Gue gak mau lo kenapa-napa lagi." Langit memperingatkan dengan tegas.

"Lagi? Emang gue kenapa?" Ruby semakin penasaran.

"Karena lo nyakitin Ayra dulu. Lupa?"

Seperti yang ia inginkan, menggali informasi dengan pertanyaan basic adalah hal yang paling mudah dilakukan. Ruby belum terlalu mengenal lelaki bernama Axel. Apakah dulu Ara pernah berhubungan dengan cowok itu? Jika jawabannya iya, berarti ia harus hati-hati. Mendengar jawaban Langit sepertinya memang benar, ia tak boleh mendekati Axel.

Transmigrasi Gadis Gila [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang